Penerbangan 22

19.2K 1.9K 52
                                    

Jakarta tanpa macet itu sama saja seperti makan Indomie tanpa ada micin, kurang rasa dan tidak sedap. Kalau Jakarta tidak macet pasti ada yang aneh walau sebenarnya itu penantian para rakyat Jakarta.
Suara klakson mobil dan motor beradu sehingga menjadi irama khas jalanan, alunan lagu yang tak jelas nadanya dari anak jalanan, pedagang gak jelas berkeliaran. Ya beginilah Jakarta.

Tapi jangan pernah panggil dirinya Tarendra Wira Atmadja bila tidak bisa mengambil kesempatan dalam kemacetan. Macet boleh lama tapi modus harus jalan terus tanpa hambatan.

"Mantan lo ada berapa?" tanya Taren ketika gilirannya menanyakan pertanyaan. Mereka berdua memainkan truth or truth karena tidak mungkin mereka bermain truth or dare. Dare macam apa yang bisa dilakukan di dalam mobil dengan kondisi macet luar biasa?

Cium lo lah bego. Kan kesempatan emas! Jerit sisi nakal Taren yang langsung ditonjok oleh harga diri Taren.

Sepengen apapun Taren nyosor Islean, dia tidak mau memaksa Islean untuk mengikuti maunya.

"Cuman dua." Islean menjawab sesuai pertanyaan.

Taren tidak terlalu terkejut. Wanita seperti Islean pasti tidak banyak mantan karena terlalu tinggi harga dirinya dan hanya pendaki sejati yang boleh bersamanya.

"Siapa a-"

"Eits! Giliran gue kali. Kan lo cuman nanya berapa," potong Islean membuat Taren cemberut.

Islean terkekeh lalu mulai bertanya. "Pernah ngamar? Sama berapa kali ngamar?"

Taren tidak merasa tersinggung atau bagaimana dengan pertanyaan Islean karena faktanya Islean bermain adil.

"Pernah. Dua kali," jujur Taren. Islean beroh riah. Reaksinya biasa saja karena free sex sudah menjadi hal biasa dalam dunia dewasa terutama di kota besar.

"Giliran gue. Lo mau tahu apa aja tentang gue?" tanya Taren sembari menjalankan mobilnya pelan karena faktanya mobil di depan memang hanya sedikit.

"Hmm, may be everything? Except about your dick. I am not interesting with your penis," jawab Islean yang diakhiri seringai jahil. Taren yang melihat seringai jahil Islean juga ikut menyeringai.

Damn. She will be the hottes woman. Batin Taren.

"Pertanyaan pertama lo apa?"

"Lo punya adek selain Gempi?"

"Ada. Dia kerja di anak perusahaan FO juga."

"Moment memalukan lo sebagai saudara?"

"Nyeret Gempi ke bagian BH pemula."

"BH pemula?"

"Itu lho yang sejenis sport bra tapi untuk anak baru puber," jelas Taren sembari menahan malu. Masih tersimpan dengan rapi di benaknya bagaimana ia menyeret Gempi untuk membeli dalaman atas perempuan itu.

"Oh, miniset."

"Whatever. Itu moment paling memalukan gue sebagai saudara."

"Cerita!"

Taren menghela napas lalu ia menggaruk tengkuknya sebelum bercerita. Islean menyimak dengan seksama sampai akhirnya ia menyengir.

"Gue penasaran apa semua cowok  punya mata sejenis byakugan or what sampe bisa sadar kalau ada pergerakan bukit?"

Taren terkekeh dan kembali ia menggaruk tengkuk lehernya sebagai ciri khasnya kalau sedang malu.

"Entah. Tapi ya mata ini sadar kalau ada yang gerak-gerak. Makanya waktu gue tahu langsung gue bawa ke mall cari tu BH pemula."

PRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang