BAGIAN 4

363 10 6
                                    

-Jangan terlalu membenci sesuatu sebab bisa jadi itu adalah hal yang paling kau sukai, dan jangan terlalu menyukai sesuatu sebab bisa jadi itu adalah hal yang paling kau benci nantinya-

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _

-Triangle-

Bel istirahat berbunyi cukup keras menyebabkan siswi yang sedari tadi tertidur di sudut ruang perpustakaan terbangun. Dengan perasaan yang belum sepenuhnya sadar dia menatap arloji di tangannya dan mendapati jam menunjukkan pukul 10:35 menit.

"Mampus gue ketiduran." Siswi itu refleks menepuk jidanya dengan telapak tangan.

Siswi itu melihat di sekeliling ruangan yang sepi hanya ada satu orang yang dia temui yaitu penjaga perpustakaan. "Kak kok gak bangunin sih." Katanya kepada penjaga perpustakaan itu.

"Yaelah Wiya kakak gak tega mau bangunin kayaknya tadi kamu tidurnya nyenyak banget." Ucapnya kepada Wiya yang sudah berdiri dari duduknya.

"Kak Nita nih." Wiya mendengus pelan kemudian bergegas keluar dari perpustakaan.

Penjaga perpustakaan yang bernama Nita itu memang sudah akrab dengan Wiya karena termasuk siswi yang rajin berkunjung ke perpustakaan meski cuma sekedar tidur seperti tadi.

Wiya berjalan menyusuri koridor lantai dua lalu menuruni tangga untuk kembali ke kelasnya yang berada di lantai dasar. Dari jauh siswi itu melihat segerombolan siswi dari kelas sepuluh sampai sebelas pun ada berkumpul di depan kelas dua belas IPA 1. Tapi tak mau ambil pusing Wiya segera masuk ke dalam kelasnya. Wiya berjalan ke arah bangkunya yang terletak di sudut ruang paling depan dan mendapati tiga siswa sedang duduk melingkar di bangku sudut belakang.

"Wiya." Sapa dari salah seorang siswa tadi bersamaan dengan yang lainnya ikut menoleh ke arah Wiya.

"Wiya lo dari mana aja?" Sabir yang melihat kedatangan Wiya langsung berdiri dan berjalan ke arahnya.

"Wih mentang-mentang bentar lagi mau lulus sekarang udah belajar bolos ya, Wi." Ucap Anfa dengan santainya. Raiyan yang berdiri di samping Anfa langsung membungkam mulutnya dengan tangan, kadang pria itu suka ngomong ngasal tanpa di saring terlebih dahulu.

"Mulut lo kaya sambel mie ayamnya Mba Wati aja, pedes." Ucapnya kepada Anfa yang seketika itu meronta tak terima dengan perlakuan Raiyan yang membungkam mulutnya.

"Ye, kalo lo mau bungkam mulut gue jangan pake tangan lo yang bau terasi itu dong, sesekali pake duit biar berkah." Sambung Anfa ketika sudah terlepas dari Raiyan.

Sedangkan Wiya dan Sabir sedari tadi hanya diam menyaksikan perdebatan kedua temannya itu. Anfa dan Raiyan meski bisa di bilang bersahabat tapi mereka jarang sekali akur terlebih Anfa yang tak pernah bisa mengontrol segala ucapan yang keluar dari mulutnya membuat Raiyan sering mengelus dada.

"Dari mana, Wi?" Sabir yang sudah tidak peduli dengan tingkah kedua temannya itu langsung memalingkan wajahnya menatap Wiya.

"Tadi pas di keluarin Pak Santoso gue niatnya mau baca buku di perpustakaan tapi gak taunya ketiduran." Sabir mengangguk tanda mengerti lalu Wiya kembali bicara. "Ada tugas gak?" Tanyanya kepada Sabir yang masih berdiri di sampingnya.

"Gak ada kok, Wi." Jawab Sabir sambil menyunggingkan senyum.

Mendengar jawaban Sabir Wiya langsung berjalan menuju bangkunya. Sabir yang melihat Wiya sepertinya kurang bersemangat akhirnya cuma bisa tersenyum kemudian membiarkan Wiya berlalu untuk duduk di bangkunya.

DUA PILIHAN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang