BAGIAN 19

159 7 2
                                    

-Jika saja perasaan bisa di bagi padamu dan padanya maka ku pastikan tidak akan ada yang terluka di antara kalian-

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _

-Triangle-


Suara kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya menjadi satu-satunya bunyi yang menemani dua orang yang kini tengah duduk di salah satu kursi taman tak jauh dari restoran.

Afifa dan Faeyza memilih menghabiskan waktu berdua usai menyelesaikan dinner keluarga beberapa menit yang lalu. Itu jauh lebih baik di banding harus mendengarkan dan turut andil dalam pembicaraan orang tua yang mereka yakini akan membosankan.

Sudah sejak hampir lima belas menit yang lalu saat Afifa pamit keluar dengan alasan ingin bicara berdua dengan Faeyza kini berakhir dengan kebisuan. Baik Afifa maupun Faeyza tidak ada yang bersuara sejak memutuskan untuk duduk di sebuah kursi taman yang cukup sepi malam itu.

Entah apa yang di pikirkan Faeyza yang pasti sekarang Afifa ingin bertanya satu hal yang sejak tadi mengganggu pikirannya. Apakah Faeyza tahu rencana perjodohan itu, apakah Faeyza setuju, apakah Faeyza siap dan banyak lagi menyangkut hal tentang dirinya dan Faeyza.

"Za."

Panggil Afifa dengan suara pelan dan pandangan yang mengarah lurus ke depan tepat ke sebuah cafe di seberang jalan yang ramai di datangi orang.

Sebenarnya tadi Afifa ingin mengajak Faeyza untuk makan di cafe sebab dia masih lapar meski sudah makan di restoran. Bagaimana tidak tadi dia hanya makan beberapa suap saja. Pikirannya sedang tidak fokus sampai makanan saja rasanya susah untuk di telan jadilah sekarang dia kembali lapar. Tapi mengingat Faeyza yang lebih banyak diam sejak tadi terlebih saat bertatapan dengan Afifa, pria itu sudah tidak pernah lagi bicara sampai sekarang.

"Lo kok diam aja sih? Sakit gigi?" Afifa mencoba mencairkan suasana dengan sedikit bercanda berharap Faeyza tidak diam lagi seperti patung. Saat Afifa berbalik berniat menatap Faeyza yang duduk di sampingnya hal yang pertama kali di lihatnya adalah Faeyza yang sedang memejamkan mata sambil bersandar di kepala kursi taman.

Afifa menghela napas kemudian ikut menyandarkan punggungnya seperti yang di lakukan Faeyza. "Gue boleh ngomong?" Tanya Afifa akhirnya membuat Faeyza kali ini berdeham.

"Bukannya sejak tadi lo udah ngomong."

Sekali lagi Afifa menghela napas, apa hanya dia yang merasa kesal setiap kali bicara dengan pria dingin seperti Faeyza? "Gue serius ini soal rencana orangtua kita berdua." Setelah mengumpulkan keberanian akhirnya Afifa memberanikan diri untuk bicara.

Tidak ada pergerakan dari Faeyza, pria itu hanya diam masih sambil memejamkan mata dengan heatset yang menyumpal kedua telinganya, sejak kapan dia menggunakan benda itu?

"Soal perjodohan itu?" Ungkap Faeyza kemudian membuat Afifa terbelanga.

"Jadi dia sudah tahu, tapi kenapa sikapnya sangat santai." Batin Afifa.

"Gue pikir lo belum tau."

Faeyza membuka matanya, ikut melepaskan heatset yang menyumpal telinganya. Memperbaiki posisi duduknya dan beralih menatap Afifa di sampingnya.

"Lo setuju?" Tanya Faeyza dengan raut wajah serius membuat Afifa menelan ludahnya kasar.  Dengan segera Afifa memalingkan wajah kembali menghadap ke depan.

DUA PILIHAN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang