BAGIAN 25

152 5 0
                                    

-Tidak perlu berlari untuk menghindar yang justru menghalangi langkahmu untuk maju. Cukup hadapi dan dia akan pergi dengan sendirinya-

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

-Triangle-

Wiya sedang mengerjakan tugas di kelas saat jam istirahat sementara semua teman satu kelasnya sudah pasti berada di surganya sekolah, yaitu kantin.

Matanya sedikit bengkak, bukan karna habis menangis, tapi karna begadang. Semalam Wiya tidur lewat jam dua belas malam. Dan itu semua karna sebab yang tidak pasti.

Jika biasanya Wiya begadang karna belajar, mengerjakan tugas, atau membaca novel. Tapi malam kemarin yang di lakukan gadis itu hanya diam sambil menerawang ke langit-langit kamar.

"Wiya..." Panggil Inez dari pintu masuk kelasnya, gadis itu berlari ke arah Wiya dengan napas yang terengah.

"Kenapa sih, Nez?" Tanya Wiya lebih ke alasan kenapa gadis itu berlari.

"Gue ada berita penting." Ujar Inez masih sambil berdiri di depan meja Wiya duduk.

Wiya menggelengkan kepalanya. "Gue gak mau tau." Ujarnya menolak mendengarkan.

Inez masih berusaha mengontrol detak jantungnya yang memburu. Bagaimana tidak tadi gadis itu berlari dari arah kantin menuju kelas.

"Jangan gitu dong, gue udah cape banget ini lari-larian dari kantin cuma buat ngasih tau lo." Ucap Inez memelas.

Tanpa mengalihkan pandangannya dari buku Wiya berujar. "Bukan gue kan yang nyurul lo lari-lari." Ucapnya tanpa peduli dengan ekspresi Inez yang mungkin sudah seperti kepiting rebus, merah menahan kesal.

Tapi bukan Inez namanya jika dia tidak bisa memaksa Wiya menuruti kemauannya. Sekali-kali dia akan menjadi pemaksa jika Wiya mulai keras kepala seperti ini.

"Buku ini udah kelebihan perhatian, Wi. Sekarang waktunya lo perhatiin teman lo yang ini." Ucap Inez sambil menutup buku milik Wiya, menyembunyikannya di laci meja. Gadis itu berusaha menarik Wiya berdiri. "Berdiri gak, lo." Ancamnya.

Wiya menghela napas, mungkin tidak ada salahnya jika dia menuruti kemauan temannya untuk kali ini. Tanpa banyak bicara akhirnya Wiya mengikuti arah langkah tidak santai Inez.

"Tapi tunggu, kita mau kemana?" Tanya Wiya, ketika mereka sudah berjalan di koridor.

Inez tidak berbalik, dia masih memposisikan dirinya berjalan di depan Wiya sambil menarik tangan gadis itu.

"Nanti lo juga tau. And than, gue saranin lo pasang hati dari sekarang." Ujar Inez membuat Wiya refleks menghentikan langkahnya, otomatia Inez pun begitu.

"Kenapa?" Tanya Inez berbalik menghadap Wiya, gadis itu nampak mengerutkan dahinya bingung.

"Pasang hati buat apa sih, emang berita penting apa? Gue gak ngerti, gak usah kesana aja deh klo gitu." Tutur Wiya berniat kembali ke kelas tapi dengan cepat Inez menarik lengannya, mencegahnya untuk pergi.

"Jangan pergi dulu, kalo mau tau kita ke kantin oke?" Ujar Inez kembali menarik Wiya untuk mengikutinya. Dan sekali lagi Wiya hanya bisa pasrah.

Ya, dia hanya perlu untuk ikut ke kantin, mendengarkan berita yang kata Inez penting, kemudian kembali ke kelas dan mengerjakan tugasnya kembali. Lalu selesai, gadis itu tidak akan mengganggunya lagi.

🔼🔼🔼

Flashback On

Setelah suasana hening mendominasi ruangan restoran saat pemasangan cincin. Tiba-tiba kembali riyuh saat seseorang yang berdiri di depan pintu terang-terangan menghentikan acara.

DUA PILIHAN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang