-Senyuman hanyalah sebuah topeng untuk menutupi kesedihan mendalam-
_ _ _ _ _ _ _ _ _
-Triangle-
"Wiya."
Panggil seseorang dari belakang ketika baru saja Wiya menginjakkan kaki di koridor sekolah. Sontak Wiya berbalik dan mendapati Sabir berlari dengan nafas yang terengah-engah.
"Sabir, kenapa lari-lari habis di kejar trantip yah?" Canda Wiya sedikit menyunggingkan senyum melihat kondisi Sabir yang mulai berkeringat.
"Enak aja lo fikir gue waria, ini ngejar lo cepat amat jalannya." Jawab Sabir sambil menetralkan deru napasnya. Wiya tersenyum.
"Eh iya, lagian pagi-pagi udah olahraga lari aja." Ucap Wiya sambil menjulurkan tisu ke arah Sabir dan langsung di raih olehnya. "Nih, lap dulu tuh keringat."
Setelah sudah cukup baik barulah Sabir bersuara. "Wiya gue minta maaf yah." Wiya mengerutkan kening mendengar penuturan maaf dari Sabir yang tiba-tiba.
"Lo kenapa gak ada hujan gak ada angin main minta maaf aja." Tanya Wiya sambil menempelkan telapak tangannya di dahi Sabir yang terasa sejuk. "Lo gak panas, gue kira sakit." Lanjutnya sambil terkekeh.
"Ah Wiya gue serius." Ucap Sabir mendengus kesal.
"Oke oke, jadi kenapa lo minta maaf? hem." Tanya Wiya kini mulai serius.
"Sorry karna kemarin gue gak sempat ngantar lo pulang. Gue gak tau kalo ternyata Afifa pulang duluan, dan bodohnya lagi Raiyan gak ngasih tau gue pesan Afifa yang harusnya ke elo." Tutur Sabir panjang lebar di sambut kerutan kening dari Wiya. Tapi Wiya diam saja seakan mencerna baik-baik maksud dari ucapan Sabir.
"Woi apa nih sebut-sebut nama gue." Seru seseorang dari belakang. Wiya dan Sabir yang mendengar itu lantas berbalik dan mendapati Raiyan dan Anfa baru saja datang dan berjalan ke arah keduanya.
"Nah ini nih sumber masalahnya." Ucap Sabir sambil menunjuk ke arah Raiyan. Raiyan yang merasa akan menjadi korban kemurkaan Sabir memilih berjalan di belakang Anfa.
"Nih kenapa lo jadi nempel di belakang gue kaya anak kucing." Ucap Anfa seketika berhenti ketika tiba-tiba Raiyan bersembunyi di belakangnya.
"Udah udah gak usah di bahas lagi udah lewat juga." Ucap Wiya kemudian kembali melanjutkan jalannya. Tapi belum jauh melangkah kembali terdengar lagi seseorang memanggilnya dari belakang.
"Wiya." Panggilnya.
Wiya, Sabir, Raiyan dan juga Anfa yang mendengar itu sontak berbalik dan menemukan Afifa dengan raut wajah yang cemas langsung menghampiri Wiya dan memeluknya.
"Wiya, syukur lo gak papa." Ucapnya lirih.
"Aduh, gue bener-bener minta maaf gara-gara lupa ngasih tau lo gak bisa ngantar pulang kemarin. Eh bukan gak ngasih tau, gue udah nyuruh Raiyan buat ngasi tau lo nyatanya dia malah lupa." Tutur Afifa dengan raut wajah kesal kepada Raiyan yang entah sejak kapan sudah berdiri di sampingnya.
"Gue lagi, iya kan gue udah minta maaf. Lagian Wiya juga gak kenapa-kenapa kan." Ucap Raiyan santai seolah memang semua baik-baik saja.
"Enak aja lo ngomong santai gitu." Ucap Afifa sambil memukul lengan kiri Raiyan.
"Aduh, sakit gila." Serunya langsung mengelus lengannya yang di pukul Afifa.
"Minta maaf gak lo sama Wiya, buruan ah." Paksa Afifa yang kemudian di angguki Raiyan.
"Iya maaf Wiya." Ucapnya kemudian.
"Eh ini kenapa pada jadi minta maaf semua sih, lebaran masih lama kali." Ucapnya bercanda. "Gue gak papa, kamarin malam Raiyan udah telfon gue pas banget gue baru nyampe rumah. Dia juga udah minta maaf kok." Tambahnya sedikit senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA PILIHAN (COMPLETED)
Novela JuvenilJudul awal 'TRIANGLE' . Jika kamu disudutkan antara dua pilihan Cinta dan Sahabat manakah yang akan kamu pilih? Terdengar sederhana memang. Tapi, nyatanya tidak semudah bayangan. Ini pilihan yang sulit? Ini seperti kamu dipaksa menyerahkan barang ke...