-Saat ku pejamkan mata dan yang muncul adalah bayanganmu, satu hal yang harus ku akui. Aku belum siap untuk kehilangan-
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _
-Triangle-
Wiya melemparkan bantal guling yang sedari tadi di peluknya dalam tidur. Tidak, maksudnya berusaha tertidur. Ini sudah hampir satu jam yang lalu saat Wiya memutuskan untuk tidur lebih awal tanpa membuka bukunya terlebih dahulu. Tadi selesai makan malam berdua dengan mamanya Wiya langsung pamit untuk istirahat. Nyatanya usahanya gagal total karna matanya sedang tidak ingin di ajak bekerja sama.
Lampu yang tadinya sudah di matikan kembali menyala. Wiya bangkit dari tidurnya dan memilih berpindah ke meja belajar. Di raihnya sebuah novel yang tadi dia beli untuk di baca.
Love Triangle
Judul novel yang kini mulai di bacanya. Selembar, dua lembar hingga lembaran kelima yang dia baca, Wiya berhenti. Dia tidak bisa fokus. Jangan hanya belajar saja dia harus fokus saat membaca bukupun dia harus konsentrasi agar bisa mengerti jalan cerita dari buku yang dia baca.
Wiya menengadahkan kepalanya ke langit-lagit kamarnya. Sekelebat ingatan tentang percakapannya dengan Faeyza tadi siang kembali terngiang.
Flashback On
"Duduk, Wi." Ujar Faeyza ketika Wiya hanya diam mematung di tempat.
Tadi sehabis menonton dengan Sabir, keduanya memilih mencari makan dan mengisi perut. Pilihan keduanya jatuh pada cafe ini. Tapi siapa sangka ia bisa bertemu dengan Faeyza disana.
"Kita harus bicara."Ujar Faeyza kembali setelah beberapa lama saling diam. "Maksudnya, gue perlu bicara sama lo." Tambahnya mendapat kerutan di kening Wiya?
"Lo sendiri aja, Faeyz?" Tanya Wiya, berusaha mengabaikan ucapan Faeyza barusan.
Faeyza menghela napas gusar, punggungnya dia sandarkan ke kepala kursi. Dia tau Wiya sedang berusaha menghindarinya dengan mengalihkan pembicaraan.
"Gue mau lo datang ke acara pertunangan gue sama Afifa." Putus Faeyza segera. Tidak ada gunanya basa-basi karna Wiya pasti enggan untuk mendengarkan.
Sejenak Wiya mendongak, mencoba membaca maksud dari perkataan Faeyza. Yang benar saja? Dia menyuruh Wiya datang ke acara pesta pertunangannya dengan Afifa sahabatnya? Lalu apa kabar dengan perasaannya nanti yang sudah bisa di pastikan akan hancur.
"Afifa juga pasti ngundang lo kan?" Faeyza terus saja bicara tanpa menunggu jawaban Wiya.
Setelah memantapkan hati, Wiya berusaha tersenyum. Dia mengangguk atas pertanyaan terakhir dari Faeyza.
"Afifa memang ngundang gue." Akhirnya ia bersuara. "Tapi gue gak janji bisa datang." Jelasnya membuat Faeyza bingung.
"Kenapa? Kenapa gak bisa datang?" Tanya Faeyza tidak sabar, jujur Faeyza sangat berharap akan kedatangan Wiya di acaranya nanti.
Wiya menggeleng. "Gue gak tau." Ucapnya menundukkan kepala. "Gue mungkin sibuk." Lanjutnya.
Faeyza terdiam, alasana macam apa yang di lontarkan Wiya barusan? Hanya menerka-nerka bahwa dia sibuk? Kalo memang tidak mau datang langsung bilang saja.
"Gue harap lo datang." Paksa Faeyza. Nampak keterkejutan di wajah Wiya. Faeyza memandanganya dengan penuh harap. Tentu saja.
"Apa lo gak penasaran tentang gimana perasaan gue ke elo?" Tanya Faeyza membuat Wiya semakin bingung.
Baru saja Wiya akan membuka mulut, Sabir sudah datang menghampiri mereka berdua usai dari loilet.
Flashback Off
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA PILIHAN (COMPLETED)
Ficção AdolescenteJudul awal 'TRIANGLE' . Jika kamu disudutkan antara dua pilihan Cinta dan Sahabat manakah yang akan kamu pilih? Terdengar sederhana memang. Tapi, nyatanya tidak semudah bayangan. Ini pilihan yang sulit? Ini seperti kamu dipaksa menyerahkan barang ke...