-Bertahan tanpa kepastian itu menyakitkan, terlebih kepastian perasaan-
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
-Triangle-
Wiya sampai di rumah pukul enam sore setelah sebelumnya menemani Afifa berbelanja. Sahabat kecilnya itu memiliki kebiasaan unik yang kalo dalam keadaan marah, kesal dan kecewa maka hal yang pertama kali dia lakukan adalah berbelanja menghabiskan uang. Mending kalo yang di beli dia gunakan, kenyataannya tidak sama sekali paling sering belanjaan yang dia beli berakhir di lemari anak asisten rumahnya yang masih duduk di bangku SMP.
"Punya sahabat kok gini banget, untung orangtuanya kaya." Gumannya.
"Baru pulang, Wi?" Perempuan yang masih nampak muda itu datang dari arah dapur dan langsung menghampiri Wiya yang duduk di salah satu sofa ruang keluarga. Seperti biasanya sebelum masuk ke kamar Wiya akan menyempatkan diri untuk mengecek ruang keluarga tempat ayah, ibu dan adiknya biasa berkumpul.
"Iya Bu, tadi nemenin Afifa belanja dulu." Jawab Wiya sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa yang empuk sambil merebahkan badannya yang terasa kaku.
"Kenapa lagi dia?" Tanya Wafiyyah ibu kandung Wiya. Dia sudah paham dengan kebiasaan Afifa karna Wiya beberapa kali bercerita padanya. Lantas pertanyaan Wafiyyah tadi justru membuat Wiya merubah posisi duduknya dan merasa bersemangat untuk bercerita.
"Ibu tau gak?" Dengan menyunggingkan senyum Wiya mulai bercerita dan di dengarkan baik oleh Wafiyyah.
"Enggak tau." Jawab Wafiyyah singkat.
"Ibu mau tau?" Sambung Wiya semangat.
"Apa?" Tanya Wafiyyah lebih semangat.
"Jadi alasan Wiya nemenin Afifa belanja tuh gara-gara Faeyza." Mendengar nama Faeyza, Wafiyyah yang tadinya tersenyum kini berubah mengerutkan kening tanda heran.
"Faeyza itu siapa, Wi?" Tanya Wafiyyah kemudian.
Wiya tersenyum kaku, rupanya dia lupa menceritakan siapa sosok Faeyza kepada Wafiyah. Jelas saja Wafiyyah jadi heran dan bertanya siapa Faeyza itu. Wiya mulai bercerita kepada Waffiyah tentang kejadian di sekolahnya tadi dari awal hingga akhir tanpa melewatkan secuil pun, begitu juga dengan Waffiyah yang serius mendengarkan sesekali mengangguk dan terkekeh.
"Hahaha, oh jadi begitu ceritanya." Tawa Waffiyah seketika pecah mendengar penjelasan Wiya tentang Faeyza yang dia dan Afifa temui pertama kali di parkiran sampai akhirnya Afifa dan Faeyza di pertemukan dalam satu kelas yang sama.
"Gimana orangnya?" Tanya Wafiyyah seketika itu membuat Wiya mengerutkan kening.
"Gimana apanya, Bu?" Tanyanya heran.
"Ganteng gak?" Raut menggoda di wajah Wafiyyah membuat Wiya geli sendiri kenapa Ibunya jadi kepo begitu.
"Ibu kok genit sih." Ucapnya langsung berdiri dan berjalan meninggalkan Ibunya yang masih dengan posisi senyum menggoda.
Ketika sampai di tengah tangga Wiya berbalik kearah ibunya. "Ayah gak pulang lagi, Bu?" Tanyanya dengan raut wajah lesuh.
"Ayahmu lembur, mungkin besok pagi baru pulang." Jawaban Wafiyyah tadi seketika mempengaruhi pikiran Wiya. Kapan ayahnya itu tidak sibuk dengan pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA PILIHAN (COMPLETED)
Teen FictionJudul awal 'TRIANGLE' . Jika kamu disudutkan antara dua pilihan Cinta dan Sahabat manakah yang akan kamu pilih? Terdengar sederhana memang. Tapi, nyatanya tidak semudah bayangan. Ini pilihan yang sulit? Ini seperti kamu dipaksa menyerahkan barang ke...