-Jatuh cinta tidak mengenal waktu, tidak mengenal tempat, tidak mengenal siapa orangnya, jika sudah waktunya maka terjadilah-
_ _ _ _ _ _ _ _ _
-Triangle-
Setelah memarkirkan mobilnya dengan rapi Afifa berjalan dengan langkah yang di percepat ketika arloji di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 07:28 menit. Masih tersisa dua menit lagi sebelum bel masuk berbunyi. Untung dia tidak telat.
Entah kenapa sejak naik ke kelas dua belas Afifa lebih sering datang di waktu yang mendekati bel masuk, meski tidak pernah benar-benar telat tapi hal itu membuat Afifa jadi sering mengalami hal tak terduga karna terlalu terburu-buru seperti saat ini ketika tak sengaja dirinya menabrak seseorang.
Braaakkkk
Afifa oleng tidak bisa mengontrol pergerakannya insiden tabrakan barusan membuatnya hampir terjatuh andai saja seseorang tidak menahannya. Afifa merasakan sebuah tangan melingkar di bahunya dengan posisi badan berbaring menghadap ke atas tapi tidak sampai menyentuh lantai.
Di bukalah matanya yang sempat terpejam beberapa saat lalu menemukan sepasang mata sedang menatapnya. Sambil mengedip beberapa kali akhirnya matanya membulat sempurna ketika mendapati pemilik sepasang mata itu adalah Faeyza. Ya, dia bertabrakan dengan Faeyza.
Keduanya masih betah saling tatap sampai seseorang menghampiri mereka.
"Afifa." Panggil Melan yang seketika membuyarkan lamunan keduanya. "Gak papa, Fa?" Tanya Melan kemudian.
Dengan segera Faeyza melepaskan pertahanannya dari badan Afifa, setelah memastikan Afifa berdiri dengan sempurna Faeyza beranjak pergi. Tapi tindakannya tiba-tiba berhenti ketika dia merasakan lengannya di tarik
"Sorry and thanks." Ucap Afifa yang merasa bersalah karna ceroboh sampai-sampai menabrak Faeyza sekaligus berterima kasih karna telah membantunya sampai tidak benar-benar jatuh.
Hanya berupa anggukan dari Faeyza menandakan dia menerima ucapan dari Afifa. Sedangkan di sisi lain Afifa rasanya ingin mengumpat.
"Untung ganteng kalo gak, hikss." Gumannya.
"Lo gak papa kan, Fa?" Tanya Melan kemudian setelah cukup lama terdiam. Afifa yang menyadari dirinya menjadi pusat perhatian setelah insiden tadi segara beranjak menuju bangkunya. Mengabaikan tatapan cemburu, marah, dan benci dari para siswi terlebih tatapan sinis dan iri dari Gisel.
"Gak papa kok, Lan." Ucapnya tersenyum tipis, bukan kepada Melan, melainkan karena membayangkan kejadian beberapa menit yang lalu.
🔼🔼🔼
Hampir lima belas menit berlalu setelah bel masuk berbunyi tapi tidak ada tanda-tanda bahwa guru akan masuk mengajar di kelas dua belas IPA 4. Kelas itu masih terlihat tenang dan damai sampai seseorang yang duduk di bangku belakang seketika berteriak.
"Gue punya tebak-tebakan siapa yang bisa jawab gue kasi satu lolipop." Teriak Anfa cukup keras membuat seisi ruangan beralih menatap ke arahnya. Merasa di perhatikan dengan tatapan intens dari teman sekelasnya Anfa tidak putus asa. "Serius kali ini benar." Lanjut Anfa sedikit cengengesan.
Bukannya selera humor di kelas itu kudet tapi mereka lebih memilih tidur saja di bandingkan harus mendengarkan tebak-tebakan Anfa yang ujung-ujung hanya menjebak lalu tidak ada hadiah seperti yang di janjikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA PILIHAN (COMPLETED)
Teen FictionJudul awal 'TRIANGLE' . Jika kamu disudutkan antara dua pilihan Cinta dan Sahabat manakah yang akan kamu pilih? Terdengar sederhana memang. Tapi, nyatanya tidak semudah bayangan. Ini pilihan yang sulit? Ini seperti kamu dipaksa menyerahkan barang ke...