-Dari sekian banyak kemungkinan yang akan terjadi, kenapa justru bertemu denganmu yang terjadi. Dari sekian banyak tempat untuk berpijak, kenapa harus disini kita di petemukan kembali-
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
-Triangle-
Wiya baru saja keluar dari dalam rumah setelah menguncinya. Hari ini Wiya akan menepati janjinya untuk jalan dengan Sabir. Jadwal akhir pekan yang harusnya menjadi waktu istrlirahatnya harus terganggu karna ada hal yang lebih penting.
Sudah lama sekali Sabir meminta sedikit waktu Wiya agar mau jalan-jalan dengannya, tapi gadis itu selalu menolak hingga akhirnya setelah melewati beberapa kali penolakan hati Wiya luluh dan berhasil memenuhi permintaan Sabir yang lebih ke permintaan maaf. Karna sebelumnya sempat membatalkan janji dengannya karna waktu itu mengantarkan Ayya pulang.
Wiya berjalan menghampiri Sabir yang sudah menunggu di depan rumahnya sambil bersandar di samping mobil.
"Mobil siapa?" Tanya Wiya saat sampai di depan pria itu.
Sabir tersenyum sambil membuka pintu mobil bagian penumpang untuk Wiya. "Punya papa." Jawabnya lalu berlari ke arah pintu kemudi saat Wiya sudah duduk manis di kursinya.
Sabir memasang set beltnya, setelah itu benghadap ke arah Wiya. "Gue pinjam biar gak kena hujan di jalan." Jelasnya menjawab segala pertanyaan Wiya yang tidak sempat di lontarkan.
"Yang ada macet, Bir." Ucap Wiya mengutarakan pendapatnya. Akhit pekan sudah bisa di pastikan bahwa jalanan kota pasti macet parah oleh kendaraan orang-orang yang sedang ingin menikmati liburnya.
"Tapi setidaknya gak bakal basah walau hujan." Ucap Sabir mencoba meyakinkan. Memang benar alasan Sabir membawa mobil adalah agar mereka tidak kehujanan, beberapa hari yang lalu bahkan kemarin pun hujan suka turun tiba-tiba.
Akhirnya Wiya mengangguk, menyudahi perdebatan yang tidak akan menemui ujung itu. Ia menatap keluar jendela saat perlahan mobil yang di kemudikan Sabir meninggalkan pekarangan rumah Wiya.
Wiya tidak tau kemana Sabir akan membawanya, dia hanya setuju di ajak jalan tanpa bertanya kemana mereka pergi.
Sepanjang perjalanan hanya keheningan yang mendominasi. Sabir sedang fokus menyetir sedangkan Wiya sibuk memandang ke luar.
Sampai mobil Sabir memasuki daerah parkir mall barulah Wiya tersadar.
"Kita ke mall?" Tanya Wiya, saat mobil Sabir terparkir rapi di parkiran mal besar di kotanya.
"Mau nonton, ada film baru gak papa yah?" Ucap Sabir. Merasa tidak enak. Sebenarnya dia tidak tau mengajak Wiya kemana, saat Wiya setuju dengan ajakannya pikirannya langsung kalut dan tidak bisa di ajak berpikir keras jadilah tujuan ia jalan-jalan mengajak Wiya jatuh ke mal.
Dan soal menonton, entahlah Sabir tidak tau pasti apa benar ada film yang baru akan tayang.
Wiya kembali mengangguk, seraya melepaskan set beltnya dan berjalan keluar masuk ke dalam mal yang nampak ramai dari luar. Sabir ikut keluar dan menyusul Wiya yang sudah berjalan duluan meninggalkannya.
"Kita beli tiketnya dulu." Ucap Sabir saat sudah sampai di samping Wiya. Mereka kini berjalan beriringan di tengah keramaian.
Wiya lagi-lagi mengangguk. Tentu saja, memangnya apalagi yang akan dia katakan?
Wiya memutuskan duduk di salah satu bangku yang di sediakan mal tersebut sambil menunggu Sabir yang sedang mengantri tiket. Tadi mereka memang ingin mengantri bersama tapi melihat antrian yang luar biasa panjangnya mengalahkan jalan tol akhirnya Sabir menyuruh Wiya menunggu saja. Tidak ingin gadis itu kelelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA PILIHAN (COMPLETED)
Teen FictionJudul awal 'TRIANGLE' . Jika kamu disudutkan antara dua pilihan Cinta dan Sahabat manakah yang akan kamu pilih? Terdengar sederhana memang. Tapi, nyatanya tidak semudah bayangan. Ini pilihan yang sulit? Ini seperti kamu dipaksa menyerahkan barang ke...