BAGIAN 31

160 4 0
                                    

-Sama-sama bikin sakit, sama-sama bikin kecewa, sama-sama hampir bikin gila, apa? Penolakan dan cinta bertepuk sebelah tangan-

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _

-Triangle-

Afifa yang baru sampai di depan cafe tempatnya membuat janji dengan orang yang di telfonnya tadi tidak langsung masuk.

Dia masih duduk mematung di dalam mobilnya yang terparkir di area cafe yang nampak ramai dari luar.

Afifa menghela napas. Apakah dia harus masuk atau tidak. Jujur dia penasaran, tapi tidak menutup kemungkinan juga bahwa dia merasa takut. Takut jika dugaannya benar dan akan melukai hatinya sendiri.

Tapi mundur pun tidak mungkin. Jika tidak ada yang mau memberitahunya maka dia harus membuktikan kebenarannya sendiri.

Usai mematikan mesin mobilnya dan keluar, Afifa perlahan melangkah menuju pintu masuk cafe dengan ragu. Masih berdoa dalam hati agar prasangkanya tidak benar.

Afifa menghampiri seorang gadis yang sedang duduk di sudut cafe sambil menunduk, setelah cukup dekat Afifa dapat melihat apa yang sedang di lakukan gadis di depannya yang posisinya sedang membelakanginya itu.

"Felisha..." Panggil Afifa membuat Felisha yang tadi sibuk pada ponselnya tergelonjak kaget. Buru-buru gadis itu berdiri hanya untuk menyambut kedatangan Afifa dan mempersilahkannya duduk.

"Ah Afifa." Sambut Felisha dengan gugup, kemudian dia mengikuti gerakan Afifa yang duduk di kursi yang ada di hadapannya.

"Kamu mau pesan apa? Tadi aku udah pesan tapi cuma buat aku sendiri." Ujar Felisha, gadis itu tersenyum ramah.

Jika pada pertemuan pertama mereka yang terbilang canggung dan penuh hawa dingin, kini suasanannya sudah sedikit renggang. Bahkan Afifa yang tidak pernah tersenyum kepada Felisha waktu itu kini mulai bersikap lebih ramah.

"Stawberry milkshake aja." Ujar Afifa menyebutkan pesanannya.

Kemudian Felisha memanggil seorang waiters lalu menyebutkan pesanan Afifa. Hening tiba-tiba menguasai saat keduanya memilih diam beberapa menit.

"Jadi kenapa kamu tiba-tiba ngajak aku ketemu Afifa?" Tanya Felisha sesaat setelah pesanannya datang.

Afifa tidak langsung menjawab melainkan berusaha mengontrol dirinya sendiri. Dia harus ingat kedatangannya menemui Felisha adalah mempertanyakan seseuatu.

"Sebelumnya gue mau minta maaf soal sikap cuek gue waktu itu." Ujar Afifa. "Tapi lo ngerti kan kalo gue..."

"Iya aku ngerti kok sama perasaan kamu Afifa." Ujar Felisha memotong ucapan Afifa. Harusnya dirinyalah yang meminta maaf bukan Afifa.

Afifa tersenyum melihat Felisha, harusnya dari awal dia tidak meng-jugde Felisha dengan pikiran buruknya. Karna nampaknya gadis itu sangat baik.

"Gue udah ketemu dan bicara sama Faeyza." Ujar Afifa membuat Felisha sempat tersentak.

"Dia udah ngomong dan jelasin semuanya. Alasan kenapa dia batalin pertunangan kami." Lanjutnya lalu menghela napas.

Afifa sekali lagi tersenyum saat menangkap raut wajah Felisha berubah menegang.

"Tapi ada hal yang mengganjal di pikiran gue." Tutur Afifa membuat Felisha mengeryit.

"Ada apa?" Tanya Felisha bingung. Dia merasakan suasana yang tadinya lenggang berubah menjadi mengcekam.

"Apa benar Faeyza mencintai orang lain?"

DUA PILIHAN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang