-Akhir dari cerita bahagia adalah berdamainya semua pemeran yang terlibat-
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _
-Triangle-
Senin pagi kembali menyapa SMA Angkasa untuk yang kesekian kalinya. Hari ini upacara bendera di laksanakan lima belas menit lebih lambat dari biasanya karna adanya persiapan mendadak yang harus disiapkan.
Semua deretan siswa siswi mulai dari kelas sepuluh, sebelas, hingga dua belas SMA Angkasa telah berbaris rapi pada posisinya. Meski hari ini juga pengumuman kelulusan kelas dua belas, tapi mereka tetap di minta untuk mengikuti upacara, sekaligus menjadi upacara terakhir mereka sebelum benar-benar meninggalkan sekolah itu.
Upacara berlangsung khitmat terlebih saat tiba pada bagian kepala sekolah memberi amanah. Seakan di hipnotis untuk tenang, para jejeran siswa siswi serta staf dan dewan guru turut mendengarkan dalam diam.
Kepala sekolah mengutaran kebahagiannya karna sebentar lagi para anak didiknya akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu tingkat universitas. Tak lupa pula kepala sekolah mengucapkan terima kasih kepada para guru yang sudah dengan sabar membimbing para muridnya hingga bisa sampai ke puncak tertinggi hari ini.
Amanah yang awalnya berlansung khitmat tiba-tiba menjadi sedikit riyuh ketika salah satu barisan dari jejeran kelas dua belas terdengar bisikan.
Sabir yang berdiri pada barisan tengah di kelasnya menoleh kebelakang, dimana suara bisikan itu berasal. Sabir memutar bola matanya malas saat mendapati siapa pelaku bisikan itu.
"Lo mau ngantiin kepsek pidato di atas? Ngapain sih grasak grusuk?" Ujar Sabir dengan suara berbisik hampir sangat kecil karna takut terdengar oleh pihak keamanan dari siswa kelas sebelas yang selalu stand bye berdiri di belakang barisan.
Anfa sang pelaku yang tadinya berdiri dalam posisi istirahat dengan kedua tangan melipat ke belakangan dan menatap lurus kedepan, kini sudah mengubah posisinya menjadi sedikit miring.
"Gue udah gak tahan, Bir. Gila matahari panas banget." Keluh Anfa sambil mengangkat tangan kanannya untuk menutupi wajahnya dari sinar matahari.
Sabir mendengus kemudian kembali menghadap ke depan mengabaikan Anfa yang mengeluh sana-sini.
Sementara Anfa yang merasa terabaikan oleh Sabir, kini mencolek lengan Raiyan yang berada di sampingnya. Membuyarkan konsentrasinya yang sejak tadi fokus mendengarkan amanah kepala sekolah.
"Yan, gue kepanasan ini. Sumpah matahari nyebelin banget nyorot ke arah gue." Ujarnya kepada Raiyan yang enggan berbalik melihatnya. Tapi hal itu tidak membuat Anfa menyerah, kembali pria itu menoel lengan Raiyan.
"Gue udah gak sanggup, gue mau masuk UKS aja yah pura-pura pingsan." Ujarnya sambil melirik kebelakang mencari petugas PMR.
"Lo bisa tenang gak sih? Yang ngasih amanah itu kepala sekolah bukan lo. Jadi diam." Ujar Raiyan kelewat kesal. Hal itu justru membuat Anfa merenggut.
"Gue kepanasan ini. Anterin gue ke UKS." Ujar Anfa memelas.
Percakapan keduanya diam-diam terdengar sampai ke mimbar dimana kepala sekolah berdiri memberi amanah. Kepala sekolah yang merasa terganggu dengan suara bisik-bisik itupun akhirnya melerai percakapan antara Raiyan dan Anfa.
"Yang bicara disana bisa maju kedepan?"
🔼🔼🔼
Upacara bendera sudah berakhir sejak sepuluh menit yang lalu, dan siswa siswi kelas dua belas di suruh berkumpul di aula untuk selanjutnya mendengar pengumuman kelulusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA PILIHAN (COMPLETED)
Teen FictionJudul awal 'TRIANGLE' . Jika kamu disudutkan antara dua pilihan Cinta dan Sahabat manakah yang akan kamu pilih? Terdengar sederhana memang. Tapi, nyatanya tidak semudah bayangan. Ini pilihan yang sulit? Ini seperti kamu dipaksa menyerahkan barang ke...