BAGIAN 14

179 6 0
                                    

-Ku fikir bidadari hanya di cerita dongen, tapi aku salah. Di bumi ternyata ada yang lebih indah-

_ _ _ _ _ _ _ _ _

-Triangle-

Suatu kemerdekaan bagi siswa siswi SMA ANGKASA adalah ketika free belajar. Guru-guru sedang ada rapat dadakan yang mengharuskan kelas kosong dari aktifitas belajar mengajar. Hal itu tentu di manfaatkan sebaik mungkin untuk mengambil keuntungan. Karna peraturannya tidak boleh meninggalkan lingkungan sekolah sebelum jam pulang, maka hal yang paling sering terjadi adalah mereka yang nongkrong di kantin.

Afifa yang baru saja keluar dari kelas Wiya langsung menyeret gadis itu dengan paksa ke kantin. Jika tidak begitu sudah bisa di pastikan waktu Wiya akan berakhir di perpustakaan sampai jam pulang tiba.

"Afifa gue gak mau ke kantin, gue lagi ada urusan di perpus." Wiya sudah sama persis seperti penjahat yang di seret paksa oleh polisi karna tertangkap basah mencuri, hanya kurang borgol saja di kedua tangannya.

Afifa yang sejak tadi kesal karna beberapa menitnya habis hanya untuk membujuk Wiya akhirnya mengambil tindakan dengan menyeret paksa sahabatnya. Peduli setan dengan tatapan orang sepanjang koridor yang penting dia sampai di kantin dengan cepat.

"Aduh Wi, lo tuh ya tiap hari perpus mulu lo tongkrongin. Gak kasian sama perut lo yang udah menyusut gara-gara jarang di kasi asupan." Celotehnya panjang lebar masih dengan menarik paksa tangan Wiya.

"Lagian ya, ini tuh kesempatan emas kita buat ngabisin waktu dengan bersantai. Mumpung gak belajar, gimana sih lo." Afifa terus saja bicara tanpa memberi kesempatan mendengar pendapat Wiya.

Wiya yang sudah merasakan sakit di pergelangan tangannya akibat di tarik hanya bisa pasrah untuk kali ini.

Mereka sudah sampai di depan pintu masuk kantin, Afifa mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin untuk mencari tempat kosong. Tapi sepertinya sulit, free belajar seperti saat ini tentu tidak akan di lewatkan begitu saja bagi mereka sehingga kantin sekarang penuh dengan lautan manusia.

"Kan penuh, mending kita balik deh." Wiya masih mencoba untuk membujuk Afifa ketika mendapati tidak ada lagi kursi kosong untuk mereka berdua. Tapi itu tidak menyurutkan semangat Afifa. Gadis itu seperti bersorak ria ketika seseorang di sudut kantin melambai tangan ke arahnya.

"Siapa bilang kosong, ada kok disana." Ucapnya sambil menunjuk ke arah kursi yang di duduki oleh tiga pria. Wiya mengikuti arah telunjuk Afifa dan berubah jadi kesal saat mendapati siapa pelaku yang mengacungkan tangan ke arah Afifa.

"Kehabisan kursi ya?" Tanya Raiyan yang tengah duduk sendiri di kursi panjang kantin, sementara di sebrang meja ada Sabir dan Anfa sambil sibuk dengan ponselnya.

"Boleh kan kita duduk disini?" Afifa memasang tampang baby face untuk membuat ketiga pria di depannya luluh. Padahal sebenarnya tanpa dia melakukan hal itu sudah pasti dengan senang hati mereka setuju.

"Gak perlu minta izin kali, Fa. Duduk aja." Sabir tersenyum ke arah Afifa lalu beralih melirik ke arah gadis di sampingnya. Wiya yang sedari tadi diam sambil memegangi pergelangannya yang sedikit sakit membuat Sabir khawatir.

"Lo gak papa Wi, tangan lo kenapa?" Ucapnya menghampiri Wiya lalu meraih pergelangannya yang sedikit memerah.

Wiya tidak menjawab melainkan melirik Afifa kesal. Sedangkan Afifa cuma cengegesan.

"Eh gak papa kok Bir, tadi tuh Wiya lambat banget jalannya makanya gue tarik eh tangannya jadi sedikit sakit, kan Wiya?" Afifa mencoba meminta persetujuan atas ucapannya kepada Wiya dengan menaikkan kedua alisnya tapi gadis itu malah mendengus lalu duduk di samping Anfa yang sibuk bermain game di ponselnya. "Tau deh, Fa." Ketusnya.

DUA PILIHAN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang