BAGIAN 34

165 5 0
                                    

-Hakikatnya, cinta datang dengan sendirinya tanpa bisa di kendalikan kepada siapa dia akan singgah-

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _

-Triangle-

Wiya meremas dres selutut yang di kenakannya untuk menghadiri acara makan malam hari ini.

Bukan hanya dirinya, tapi dia datang bersama Ayah Ibunya, juga keluarga Faeyza di tambah seorang gadis yang pernah di lihatnya mengobrol dengan Afifa di taman sekolahnya beberapa hari lalu.

Setelah kejadian di rumah Afifa dua hari yang lalu, tiba-tiba dirinya mendapat undangan makan malam dari mama Afifa, Tania.

Awalnya Wiya pikir hanya keluarganya yang di undang ternyata juga keluarga Faeyza. Mereka tengah menyantap sajian menu restoran yang menjadi tempat mereka makan malam sekarang.

Keadaan restoran itu sepi. Sudah bisa di pastikan bahwa keluarga Afifa sengaja membooking tempat itu.

"Tante..." Ujar Wiya mulai bicara setelah cukup lama terdiam.

"Habiskan dulu makannya ya, Wiya." Ujar Tania tanpa mengalihkan pandangan dari piring makanannya.

Wiya menghela napas lelah, rasanya dia sudah tidak sabar untuk bicara. Dia tidak ingin merasa semakin bersalah. Apalagi melihat kepergian Afifa sesaat setelah kedatangannya semakin membuatnya merasa bersalah. Sebegitu marahnya kah Afifa pada dirinya sehingga tidak ingin bertemu dengannya?

Dan lagi tanggapan orang-orang di sekelilingnya nampak biasa saja, tidak berniat sama sekali mencegah kepergian Afifa.

"Tante Wiya mau bicara." Ujar Wiya kembali menyingkirkan piring makanannya ke samping. Selera makannya sudah hilang sejak tadi.

"Sayang, habisin makannya dulu." Kali ini Wafiyyah yang angkat bicara.

"Tapi, Bu..."

"Dimana sopan santunmu Wiya?" Ujar Hengki yang duduk di samping Wafiyyah, istrinya.

Wiya menunduk, kalau ayahnya sudah angkat bicara dia tidak mungkin menyela lagi.

"Tidak apa-apa, saya juga sudah selesai." Ujar Tania menyela perdebatan yang bisa saja terjadi di antara keluarga itu.

Wiya mendongak, menatap cangguk kearah Tania dan Farhan. "Sebelumnya saya mau minta maaf om, tante." Ujar Wiya melihat ke arah orangtua Afifa kemudian beralih ke arah orangtua Faeyza yang sedari tadi hanya diam.

Tania tersenyum tipis menunggu lanjutan dari Wiya.

"Pertama untuk kenyamanannya. Karna kehadiran saya, Afifa jadi pergi dan tidak ikut makan malam, saya menyesal karna hal itu." Wiya menarik napas sekejap.

"Kedua untuk kekacauan yang mungkin di sebabkan oleh saya."

"Wiya..." Tegur Faeyza yang duduk di seberang meja. Tepat berhadapan dengannya.

Wiya sempat melihat ke arah Faeyza namun hanya sebentar karna secepatnya dia mengalihkan pandangan dan kembali melihat ke arah Tania. Sedangkan papa Afifa, Farhan pamit keluar karna harus menerima telpon dari kantornya.

"Saya turut menyesali atas batalnya pertunangan Afifa dengan Faeyza. Apalagi saya tidak sempat hadir di acara tersebut. Saya tahu Afifa pasti terpukul dan merasa kecewa. Afifa marah sama saya, dan saya bisa maklumi itu. Tapi..." Wiya menunduk merasakan oksigen di sekitarnya semakin menyusut.

"Biarkan saya meluruskan kesalahpahaman ini. Jika Afifa berpikir batalnya pertunangan dia dengan Faeyza karna saya punya hubungan dengan Faeyza, maka Afifa salah besar."

DUA PILIHAN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang