BAGIAN 16

203 5 0
                                    

-Jangankan menjauh, menerima kenyataan kau tak peduli saja rasanya cukup sakit-

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _

-Triangle-

Bel pulang sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu bahkan sekolah sudah mulai sepi, satu persatu kendaraan baik mobil maupun motor mulai meninggalkan parkiran SMA ANGKASA. Di sudut parkiran yang sedikit terlindung dari panas terdapat bangku panjang yang muat di duduki sampai lima orang. Disana Ayya sudah mulai gusar sambil sesekali melirik arlojinya.

Tidak jauh dari tempatnya duduk mobil RT CVT warna merah masih terparkir rapi dan tidak ada tanda-tanda pemiliknya. Sekali lagi Ayya melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul setengah empat sore.

"Awas aja kalo sampai jam empat Faeyza belum nongol bakal gue aduin sama Papa."

Belum selesai dengan kemarahannya, dari jauh Ayya sudah bisa melihat seseorang yang sedari tadi membuat emosinya memuncak berjalan di koridor mengenakan jaket kulit warna hitam lengkap dengan ransel di punggungnya.

Setelah Faeyza sampai di parkiran maka tidak perlu menunggu lama lagi Ayya langsung melayangkan pukulan beruntun pada kakaknya itu.

"Berani nongol lo setelah sebelumnya ninggalin gue berangkat sekolah dan sekarang buat gue nunggu sampai kesemutan disini." Tak tanggung-tanggung sepertinya kali ini Ayya benar-benar marah.

Tapi meski di pukul seperti pencuri yang tertangkap basah, Faeyza sama sekali tidak bergeming. Dia hanya melemparkan tatapan datar ke arah Ayya lalu berjalan menghampiri mobilnya.

Dan jangan harap Ayya tinggal diam melihat-lihat. Gadis itu langsung menyusul Faeyza yang siap masuk kedalam mobil setelah pintunya terbuka.

"Dan jangan bilang lo mau ninggalin gue lagi." Ayya menarik ujung jaket Faeyza dengan kuat membuat pria itu hampir kehilangan keseimbangan.

"Lepas, Ay." Bentak Faeyza yang merasa sudah cukup sabar sejak tadi. Posisinya sekarang dia membelakangi Ayya yang berdiri di belakangnya masih sambil memengangi ujung jaketnya.

"Lo jahat banget sih, tega sama adiknya sendiri." Suara isakan kecil terdengar di balik bibir tipis gadis itu, membuat Faeyza geram dan langsung berbalik.

"Mau lo apa?" Tanya Faeyza datar, sama sekali tidak terdengar kasihan dengan keadaan adiknya. "Lo mau pulang tinggal masuk aja dalam mobil susah amat." Kini beralih dia yang marah.

"Lo itu kakak gak terpeka yang pernah gue miliki." Ayya ngambek, dia beralih membalikkan badan membelakangi Faeyza yang semakin memancing emosi dari kakaknya itu.

"Gue gak ngerti kenapa lo sampai semarah ini sama gue sampai-sampai tega ninggalin gue." Lagi, terdengar isakan kecil dari bibir Ayya dan itu berhasil membuat pertahanan Faeyza runtuh.

"Gue udah bilang turutin perkataan gue, tapi yang lo lakuin justru sebaliknya." Kini nada suara Faeyza sudah cukup rendah membuat Ayya kembali berbalik ke arahnya.

"Gue gak ngerti." Ucap Ayya bingung dan berhasil membuat Faeyza menyunggingkan senyum.

"Jangan pikir gue gak liat postingan foto lo di Instagram." Faeyza beralih mengacak puncak kepala Ayya yang tertutupi poni membuat gadis itu menggeram kesal.

"Ih rambut gue." Ucapnya sambil menepis tangan Faeyza dari kepalanya.

"Gue udah bilang semalam gak bakalan ngakuin lo sebagai adik gue kalo foto itu tetap di posting, dan salah satunya dengan ninggalin lo tadi." Kekeh Faeyza di balas tatapan melotot dari Ayya.

"Apa? Gak usah melotot, masuk!" Perintahnya membuat Ayya mendengus kesal lalu berjalan ke arah pintu penumpang. Faeyza sudah duduk manis di kursi kemudi, begitu juga dengan Ayya di kursi penumpang. Lama terdiam dan tidak ada pergerakan yang di lakukan Faeyza memancing Ayya yang masih kesal terpaksa berbalik menatap kakaknya.

DUA PILIHAN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang