BAGIAN 38

185 9 0
                                    

-Pemenang yang sesungguhnya bukan dia yang berhasil mengalahkan lawan, tetapi dia yang berhasil mengalahkan diri sendiri dalam mengontrol diri-

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _

-Triangle-

Hari sabtu di akhir pekan, semua siswa siswi kelas dua belas SMA Angkasa kembali di perintahkan untuk datang kesekolah sebelum hari kelulusan yang jatuh pada hari senin lusa.

Tidak ada agenda khusus. Mereka hanya di suruh hadir untuk mendengarkan sepatah dua kata dari kepala sekolah sekaligus melaksanakan doa bersama. Rutinitas yang selalu di laksanakan setiap tahun oleh SMA Angkasa menjelang kelulusan.

Pelaksaan acara tersebut di lakukan di aula. Dan hanya berlangsung kurang lebih satu setengah jam. Setelahnya semua siswa siswi kelas dua belas di persilahkan untuk pulang dan mempersiapkan diri menyambut hari paling bersejarah dalam hidup mereka nanti, yaitu penentuan kelulusan.

Tapi ada pula yang memanfaatkan hari ini untuk bertemu kembali dengan teman-teman mereka yang sempat tidak bertemu selama hampir setengah bulan.

Seperti yang di lakukan oleh tiga sekawan Sabir, Raiyan dan Anfa. Anggap saja mereka sedang reunian. Ketiganya telah berada di kantin yang baru di injaknya setelah di hari terakhir ujian dua minggu lalu.

Ketiganya tengah menikmati bakso yang rasanya tetap sama meski tidak pernah mereka makan sejak dua minggu itu.

"Jadi gimana? Udah survei universitas mana yang bakal lo masuki gak selama libur kemarin?" Tanya Raiyan di tengah-tengah makannya. Pertanyaan yang lebih di tujukan kepada Sabir.

Anfa yang mendengar pertanyaan Raiyan lantas mendongak dan dengan kepercayaan dirinya menjawab. "Boro-boro survei, lah gue liburan aja belum kelar udah harus balik gara-gara dapat info untuk datang hari ini." Ujarnya dengan wajah yang nampak sedih bercampur kesal yang di buat-buat.

Raiyan memutar bola matanya malas, lantas kembali melihat kearah Sabir yang masih melanjutkan makannya di seberang meja.

"Gue udah dapat sih, di Prancis. Tapi masih ragu soalnya gak ada teman." Jelas Raiyan.

Dan Anfa lagi-lagi menjawab. "Bareng gue aja kalo gitu. Gue sih dimana aja oke yang penting punya teman." Ujarnya berbinar.

Sekali lagi Raiyan memutar bola matanya malas. "Tapi gak gampang masuk disana, tesnya usah-usah." Raiyan kembali berujar yang kembali di jawab oleh Anfa yang tak tahu malu itu.

"Untung otak gue cerdas, jadi pasti mudah buat nyelinap masuk kesana." Ujar Anfa sambil menjettikkan jari. Hal yang memancing Raiyan untuk menoyor kepalanya.

"Gue gak butuh pendapat lo, curut." Geram Raiyan, kemudian menggeser duduknya untuk menjauh dari Anfa.

"Gue rencana baru mau ngecek tempat kalo udah penentuan kelulusan. Kemarin libur gak sempat soalnya gue ikut nyokap pulang kampung jenguk nenek yang sakit." Ujar Sabir akhirnya setelah menghabiskan semangkuk bakso miliknya.

Raiyan hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti kemudian kembali melanjutkan makan. Setelah beberapa saat kehebohan kembali terjadi yang penyebabnya tak lain adalah Anfa.

"Gue punya ide." Ujarnya mengarahkan jari telunjuknya ke udara. "Gimana kalo kita bertiga masuk ke universitas yang sama, satu jurusan lagi biar bisa sama-sama kayak disini. Jadi persahabatan kita awet sampai tua." Ujar Anfa menyuarakan pendapatnya.

Sabir mendongak bersamaan dengan Raiyan, sesaat keduanya sambil berpandangan dan sama-sama menggeleng.

"Ogah..." Ujar Raiyan dan Sabir bersamaan membuat Anfa merenggut.

DUA PILIHAN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang