BAGIAN 32

158 6 0
                                    

-Katanya cinta bertepuk sebelah tangan adalah yang tersakit, tapi bagiku dikhianati jauh lebih menyakitkan-

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _

-Triangle-

Cahaya temarang, serta aroma obat-obatan menjadi hal pertama yang di tangkap oleh Afifa saat membuka mata setelah hampir lima jam dalam keadaan tidak sadarkan diri, pingsan.

Afifa menatap keadaan sekitar ruangan tempat berbaringnya yang sepi. Melihat dirinya tengah mengenakan pakaian khusus pasien, serta jarum infus yang terpasang di tangan kirinya membuat Afifa yakin bahwa dirinya tengah berada di rumah sakit.

Baru saja Afifa akan bergerak untuk bangun tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka dan menampakkan Farhan serta Tania dengan wajah sarat akan kekhawatiran.

"Sayang?" Seru Tania berjalan menghampiri ranjang Afifa saat menyadari bahwa putrinya sudah sadar.

"Kamu sudah sadar, sayang?" Ujar Farhan sambil mengelus rambut Afifa lembut.

"Kenapa Afifa disini? Apa yang terjadi?" Tanya Afifa heran sambil mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruang rawatnya.

"Ah tunggu sebentar, papa panggilkan dokter dulu." Ujar Farhan mengabaikan pertanyaan Afifa dan memilih berlalu keluar dari ruangan itu.

"Mama khawatir banget sama kamu sayang." Ucap Tania sambil membelai lembut pipi putrinya. Sedangkan Afifa hanya bisa tersenyum. Karna jujur dia masih belum cukup bertenaga untuk bergerak banyak.

Kemudian Farhan kembali masuk dengan seorang dokter pria seumuran dengannya, yang Afifa tahu sekali siapa dokter itu.

"Bagaimana perasaanmu Afifa?" Tanya dokter itu setelah memeriksa Afifa. "Apa ada yang sakit?" Lanjutnya.

Afifa menggeleng. "Cuma masih sedikit pusing dan lemas, Om." Ujar Afifa kepada sang dokter yang baru saja di panggilnya dengan sebutan om.

Dokter itu mengangguk kemudian beralih memandang Farhan. "Afifa tidak apa-apa, dia hanya sedikit pusing akibat benturan kepalanya pada stir mobil. Juga sedikit kaget sehingga dia masih merasa lemas. Istirahat semalam akan membuat keadaannya kembali pulih. Besok baru bisa pulang, Han." Ujar dokter itu menjelaskan.

"Syukurlah kalo begitu, Heng. Kau tahu aku sudah sangat khawatir tadi." Ujar Farhan kepada Hengki.

Hengki Tumiwang, salah satu dokter di rumah sakit dimana Afifa kini di rawat yang juga merupakan Ayah dari sahabatnya, Wiya.

"Kalo begitu aku pamit dulu, biarkan Afifa istirahat untuk malam ini." Ujar Hengki sebelum berlalu keluar yang hanya di balas anggukan oleh Farhan dan senyum oleh Tania.

"Ma, kok Afifa bisa disini?" Tanya Afifa ketika ruangan itu tersisa mereka bertiga.

Sebelum menjawab, Tania lebih dulu melirik suaminya yang kini duduk di sofa ruang rawat Afifa. Setelah mendapat anggukan dari suaminya itu barulah Tania kembali melihat ke arah Afifa.

"Kamu kecelakaan." Ujarnya. "Mobil kamu nabrak pagar rumah orang sayang." Jelas Tania menyunggingkan senyum hampir tertawa. Entah pada bagian mana yang terdengar lucu.

"Kok bisa?" Tanya Afifa heran.

"Lah mama yang harusnya nanya, kok bisa sampai nabrak. Melamun yah pas nyetir?" Ujar Tania kembali terdengar normal dan tidak setegang tadi saat putrinya tak sadarkan diri.

Mendengar itu Afifa jadi teringat dengan kejadian tadi siang. Serta penyebab kenapa dia bisa hilang kendali saat berkendara. Tapi dengan segera dia menggeleng. Dia tidak ingin mengingat hal itu lagi. Akhirnya Afifa pun bertanya hal lain untuk mengalihkan pikirannya.

DUA PILIHAN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang