BAGIAN 36

178 5 0
                                    

-Bagaimanapun cinta itu harus dua pihak, kalau hanya sepihak namanya bodoh-

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _

-Triangle-

Senin pagi seluruh siswa siswi SMA Angkasa kembali ke rutinitas belajar setelah mendapat jatah libur seharian di hari minggu kemarin. Apalagi bagi kelas dua belas yang sebentar lagi akan mengikuti ujian nasional mereka sudah tidak punya waktu lagi untuk sekedar bersantai.

Mereka harus mulai mempersiapkan diri jika ingin lulus dengan nilai memuaskan. Hal yang harus dilakukan tentu saja dengan belajar. Kalau perlu mendapat bimbingan seperti les privat.

Afifa yang notaben adalah siswi yang sangat jarang terlihat berada di tempat seperti perpustakaan kini justru sudah mengurung dirinya disana sejak jam pelajaran kedua karna guru yang mengajar di kelasnya kebetulan berhalangan hadir.

Bahkan saat jam istirahat berbunyi pun Afifa seakan enggan meninggalkan bangkunya dan lebih memilih fokus pada buku di hadapannya.

Meski Afifa adalah tipe orang yang masa bodoh tapi saat belajar dia bisa berubah menjadi orang yang sangat serius. Bahkan saking seriusnya Afifa sampai tidak sadar dengan kehadiran seseorang yang kini sudah mengambil duduk di seberang meja tepat di hadapannya.

Tidak ingin mengganggu Afifa yang nampaknya sangat serius, orang di hadapan Afifa itupun turut melakukan hal yang sama yaitu membaca buku pelajaran. Tapi semua tidak berlangsung lama saat Afifa mulai menyadari dia tidak sendiri di meja itu.

Awalnya Afifa tidak peduli karna dia pikir orang itu adalah siswa lain yang juga ingin belajar sepertinya. Tapi siapa sangka kehadiran orang tersebut justru membuatnya kaget setengah mati.

"Wi... Wiya..." Ucap Afifa gugup mendapati Wiya duduk di hadapannya sambil membaca buku.

Mendengar namanya di sebut Wiya pun mendongak dan langsung tersenyum kearah Afifa. "Lama yah kita gak belajar barengan kayak gini." Ujar Wiya masih dengan posisi tersenyum.

Afifa sempat tersenyum tipis sampai akhirnya kembali mengubah mimik wajahnya menjadi sinis. Afifa tidak merespon ucapan Wiya justru dia memungut buku-bukunya lalu berjalan keluar dari perpustakaan.

Hal itu sempat membuat Wiya kaget sebelum akhirnya memilih mengejar Afifa yang berjalan turun menuju lantai dasar, mungkin kembali ke kelasnya.

Wiya meneriaki Afifa yang berjalan sangat cepat menyerupai berlari kecil. Hal itu membuat Wiya kewelahan dan baru bisa menyamai langkahnya saat sampai di lorong yang menuju gudang.

"Fa, tunggu dulu. Dengerin gue ngomong, please." Ujar Wiya menghentikan langkah Afifa dengan menarik lengannya.

Mau tidak mau Afifa berhenti meski pandangannya tidak melihat kearah Wiya. Wiya menghela napas lelah kemudian mulai bicara.

"Kenapa malam itu lo langsung pergi?" Tanya Wiya memandang Afifa dari belakang karna gadis itu enggan berbalik. "Lo marah sama gue?" Lanjutnya membuat Afifa langsung melepaskan pegangan Wiya dari lengannya.

Tanpa berniat menjawab, Afifa kembali berjalan meninggalkan Wiya. Tapi gadis itu enggan menyerah dan kembali mengejar Afifa lalu menghadangnya dari depan.

"Gue gak ada hubungan apapun sama Faeyza, Fa. Lo cuma salah paham." Tegas Wiya dengan mata berkaca-kaca.

Afifa tertawa sinis, memandang Wiya dengan kening berkerut. Pandangan mereka bertemu hingga beberapa saat.

"Tapi dia cinta sama lo. Dan lo juga cinta kan sama dia." Ujar Afifa sinis. Wiya justru menggelengkan kepalanya.

"Gak, Fa. Itu gak lebih penting dari pada lo. Lo sahabat gue, Fa." Ujar Wiya dengan nada lelah.

DUA PILIHAN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang