BAGIAN 20

189 8 0
                                    

-Melihatmu menjauh membuatku merasa kalah sebelum memulai-

_ _ _ _ _ _ _ _ _

-Triangle-

Kebahagiaan bisa menghampiri siapa saja secara tiba-tiba, hal yang tak pernah kau duga sekalipun. Dan hal itulah yang di rasakan oleh Afifa saat sekarang ini dimana dia tak henti-hentinya bersorak ria, bahkan dia sampai rela begadang memastikan bahwa ini bukanlah mimpi menjadikannya mengantuk di sepanjang pelajaran berlangsung.

Nyatanya pertemuan buruk tidak selalu berakhir buruk, itulah yang Afifa rasakan setelah dia menyadari perasaan kesal dan benci kepada Faeyza berubah menjadi rasa suka dan ingin memiliki. Terlalu cepat memang jika dia harus mengartikan bahwa dia menyukai Faeyza mengingat pertemuan mereka baru dua bulan. Tapi tidak bisa di pungkiri pula jika Afifa merasakan hal berbeda saat berhadapan dengan pria dingin itu.

Kadang jatuh cinta bisa membuat seseorang lupa keadaan sekitar. Lupa sedang berada dimana, bersama siapa, melakukan apa yang seakan pikirannya hanya tertuju pada satu titik.

Setidaknya itulah yang di rasakan Wiya sekarang, ketika dia hanya bisa memandangi sahabatnya yang kini tengah senyum tidak jelas, bahkan di panggil pun seakan tidak mendengar. Sejak jam istirahat di mulai Afifa tiba-tiba datang ke kelas Wiya dan menarik paksa gadis itu untuk ikut dengannya. Seperti biasa saat Afifa sengaja menghampiri Wiya di kelas pasti pikirannya tertuju pada kantin. Tapi ada yang berbeda kali ini dimana Afifa justru mengajak Wiya menaiki tangga menuju rooftop sekolah.

"Afifa ngapain sih ke sini? Biasanya ke kantin juga." Tanya Wiya ketika mereka sampai di rooftop yang tentunya sepi. Memang jarang ada yang berkunjung di tempat itu, Wiya sendiri baru dua kali itupun pertamanya waktu kelas sepuluh, lupa karna ada keperluan apa yang jelas waktu itu dia masih seminggu masuk di SMA ANGKASA.

"kalo di kantin gue gak bebas mau ngomong, banyak kuping yang bakal dengar." Ucap Afifa setelah mendudukkan diri di salah satu kursi panjang disana. Jangan lupakan senyumnya yang tidak pernah lepas dari wajah manisnya itu.

"Ngomong tinggal ngomong, Fa. Biasanya juga gitu. Kenapa sekarang jadi rahasiaan sih." Wiya sebenaranya bingung harus menanggapi apa, ini sama sekali bukan kebiasaan Afifa mengajaknya ke tempat sepi untuk bicara karna kenyataannya Afifa benci kesunyian beda dengannya yang memang suka tempat sunyi seperti ini untuk fokus belajar atau membaca.

"Iya ini gue juga mau ngomong kok." Katanya lagi masih menggantung membuat Wiya menghela napas. "Tapi lo jangan kaget ya?" Tidak perlu waktu lama Wiya mengangguk setuju, meskipun dia tidak bisa menjamin tidak akan kaget nantinya.

Setelah merasa cukup menarik napas akhirnya perlahan Afifa bicara dan di dengar saksama oleh siswi di hadapannya itu.

"Ini soal perjodohan yang gue ceritain kemarin, Wi. Gue udah ketemu sama orangnya." Afifa bercerita dengan ekspresi wajah yang benar-benar bahagia membuat Wiya bisa menebak jika Afifa suka dengan pria yang baru sekali di temuinya itu.

"Lo benar, Wi. Kita gak bakal bisa mendefinisikan seseorang jika tidak bertemu dulu dengannya." Sekali lagi Afifa tersenyum dan kini di ikuti oleh Wiya.

"Jadi gimana orangnya, ganteng gak, baik, menarik, lo suka?" Tanya Wiya mendesak membuat Afifa mengerucutkan bibirnya.

"Tanya satu-satu ih."

DUA PILIHAN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang