8;

959 118 19
                                    

yuqi menatap mawar yang diberi ibunya. katanya itu ia dapatkan dari seoarang anak kecil yang entah darimana. ketika di tanya dari siapa, anak itu hanya mengangkat bahu dan menampakkan deretan gigi susunya

"aku udah ada empat mawar loh ma" kata yuqi menatap takjub bunga mawar yang ia pegang

"orang iseng mungkin, biarin aja"
"mama mau bayar administrasi dulu. kamu duduk disini ya"

"okay ma" patuh yuqi

belum sempat yuqi menjatuhkan tubuhnya di kursi panjang, seseorang lebih dulu menyerukan namanya

"yuqiii!"

wanita cantik itu kini berdiri di hadapan dara dengan wajah semringah

"kak yoona!"

"cie udah sembuh, sedih tau aku gada temen lagi" 

yuqi terkekeh. dokter cantik ini sekarang sudah menjadi sahabat dan teman curhatnya. selama yuqi di rumah sakit, kak yoona selalu menemani dan mendengarkan keluh kesahnya

"kan udah tukeran kontak kak, nanti bisa jalan bareng kok"

"iya juga sih, tapi kan nggak bisa main tiap hari kayak kemarin"

tiba tiba matanya jatuh ke mawar yang di pegang yuqu

"mawar itu lagi?"

yuqi menunduk melihat mawar di tangannya. ia tersenyum, kemudian mengangkat wajah

"iya nih, tadi dititipin lewat mama"

"parah, penggemar kamu ini grecep banget. aku kalah start deh"

yuqi mengeryit. seakan mengerti arti wajah bingung yuqi, yoona membuka suara

"aku punya adik cowo. rencananya sih mau ngenalin kamu sama dia. kalian seumuran loh, kali aja gitu bisa deket"

yuqi tertawa setelah mendengar penuturan yoona

"duhh, ceritanya mau jadi makcomblang?"

"hahahha iyaa. bosen aja liat dia dirumah terus sibuk sama gitarnya. kamu mau aku kenalin?"

"mau lah, kak"

"ekspektasi kamu jangan cowo ganteng, rapi, sopan, dan perfect kaya di wattpad ya. dia tuh ugal ugalan, ngomongnya ceplas ceplos. tapi nilai plus dia itu pinter main gitar dan bisa ngelukis" ucap yoona mempromosikan adiknya dengan semangat 45

"kalo diliat dari kakaknya sih, dia ganteng ya?"

"idihh hahaha." yoona tertawa renyah

percakapan mereka terhenti ketika mama yuqi menghampiri.

"hai tante" sapa yoona kepada wanita paruh baya yang terlihat mirip dengan yuqi

"halo dokter cantik" hanna balas menyapa dengan pujian jujurnya

"ah tante mah, mujinya bisa banget"

"bisa dong. dokter, makasih ya udah rawat yuqi selama tiga hari. katanya dia ditemenin dokter kalo lagi kesepian"

"sama sama tante. udah kewajiban saya"

hanna tersenyum lembut. dia pun melirik yuqi disebelahnya

"udah pamitan sama dokter cantik?"

"ini mau pamitan, ma" kata yuqi

lalu, yuqi dan yoona berpelukan layaknya teletubbies.

"jaga kesehatan ya, qi. kalo sekolah jangan nyetir sendiri"

"iya kak. thanks udah jadi kakak aku selama tiga hari."

perlahan pelukan mereka melonggar dan akhirnya terlepas.

serendipity, lucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang