"lucas!" yuqi memanggil lucas saat mereka berpapasan di koridor dekat kantin sekolah
lucas berpura pura tidak melihatnya, padahal mereka jelas jelas berhadapan selama beberapa detik tadi
bodoamat, yuqi mengejar lucas dan meraih lengannya
"lucas, lo gabisa gini ke gue. lo harus dengerin gue dulu,"
lucas berbalik dan menyentak lengannya hingga terbebas dari tangan yuqi
"gak ada yang perlu gue denger dari lo." ucapnya dingin dan segera berbalik
lucas mengambil langkah panjang sehingga dengan cepat ia membaur dengan keramaian di kantin
soyeon yang melihat kejadian itu langsung menghampiri yuqi
"qi,"
"dia salah paham anjir, pusing gue harus gimana."
"gue tau lo gak salah sama sekali. biarin aja dulu dia kayak gitu. kalo keadaan udah tenang, baru lo coba ngomong lagi," kata soyeon
sudah tiga hari berlalu sejak soyeon menelpon yuqi, menanyakan bagaimana lanjutan obrolannya dengan yuta
saat itu, bukan jawaban yang ia dapat, tetapi tangisan yang ia dengar sepanjang malam
soyeon harus mendengarkan yuqi dengan saksama untuk mengethui apa yang sudah terjadi.
rasanya soyeon seperti sedang menyusun potongan puzzle yang berserakan karena yuqi menceritakan semua sambil menangis
hanya patahan patahan kalimat yang tidak beraturan yang ia dengar lewat telepon malam itu. pada akhirnya, soyeon mengerti apa yang terjadi
lucas salah paham dengan kepergian yuqi bersama yuta malam itu
sejak saat itu, lucas benar benar tidak mau berbicara dengan yuqi. ia selalu berpura pura tidak melihat dan mendengar yuqi
selama tiga hari itu, soyeon selalu menemui yuqi dengan mata bengkak dan sayu setiap pagi
soyeon merasa yuqi lebih baik menjauh sebentar dari lucas. yuqi tidak perlu memaksa lucas untuk mendengarnya
ia belum pernah melihat yuqi memiliki perasaan sebesar ini kepada seorang cowo.
sayang, saat yuqi menemukan tempat untuk berlebuh, cowo itu malah menutup pintu rapat rapat
mereka berdua kembali duduk di dalam kelas. yuqi masih diam. ia terlihat kacau sekali meski sudah berusaha menyamarkan mata bengkak dan wajah sayunya dengan make up tipis
soyeon menyodorkan sebungkus roti dan sekotak susu stroberi kepada yuqi
"gue gak laper yeon," ujar yuqi menggeleng
"lo harus makan dikit. gue yakin lo gak sarapan dirumah. nih makan! entar mati lagi." soyeon membukakan roti berisi cokelat dan keju itu
"qi, menurut gue, lucas masih kacau banget sekarang. gimana kan, doyeon sahabat dia juga. kehilangan sahabat itu pasti bikin pikiran dia jadi kacau. jadi, mendingan lo sedikit menjauh dulu."
lagi lagi yuqi menggeleng
"gue gamau dia salah paham. kalo gue gak ngejelasin semuanya, gue takut dia malah benci sama gue. gue gak mau kedekatan gue sama dia berakhir gitu aja. gue tau, dia cuma anggap gue teman. tapi, itu udah cukup buat gue. gue gak masalah bertepuk sebelah tangan kayak gini asalkan gue bisa deket sama dia yeon. gueㅡ"
yuqi berhenti dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya
soyeon mengambil sehelai tisu dan mengulurkannya kepada yuqi
"iler lo tuh, ijo banget." katanya berusaha menghibur yuqi
"sialan,"
----