jarum jam sudah menunjuk angka 9 dan yuqi masih berkutat dengan selembar kertas kosong bersama pensil di tangannya
jika biasanya ia dengan mudah membuat puisi, tapi kali ini tidak. kepalanya buntu sekali. cewe itu mengetuk ngetukan pensil diatas meja belajarnya, mencari ide terus berpikir
ragu ragu tangannya bergerak menuliskan beberapa kata. beberapa detik kemudian tangannya berhenti bergerak, lalu menghapus seluruh tulisan diatas kertas tersebut. cewe itu menggigit bibir lalu meraih ponselnya
yuqi
yeon, kira kira puisi yang bagus|
tentang apa?yuqi kembali meletakkan ponselnya setelah mengirim pesan kepada soyeon. ponsel yang baru saja ia letakkan, berbunyi.
nama lucas tertera di layar, membuat matanya melotot heran. ia meraih ponsel tersebut, lalu menempelkannga ditelinga,
setelah menerima telecon dari lucas, yuqi berdeham pelan, membasahi bibir lalu sedikit merapikan rambut. sebenarnya itu semua tidak ada gunanya karena lucas tidak melihatnya saat ini
"ha-halo?"
"sorry gue nelpon lo malem malem gini," terdengar suara lucas yang berat
yuqi menggeleng. "gak apa kali," kata yuqi kemudian menyandarkan punggung.
"emang kenapa nelpon gue?"
"gak ada sih, cuma mau mastiin lo udah bikin puisinya atau belum. tugas lo udah selesai nih," balas lucas
"mati gue," gumam yuqi memukul keningnya sendiri
"lo bilang apa?"
"ha? gak kok, nggak ada. ini puisinya lagi gue bikin, bentar lagi siap kok."
"semangat ya! sorry gue jadi bikin lo repot gini,"
"seharusnya gue yang bilang maaf. lo jadi harus ngerjain 20 soal matematika," yuqi jadi merasa tidak enak kepada lucas
"santai aja. yaudah lo lanjut aja. biar gak ganggu gue tutup ya?"
yuqi buru buru merespons. "eh nanti dulu!" cewe itu terkejut, lalu menutup mulutnya sendiri
lucas diseberang sana baru saja hendak menjauh kan ponsel dari telinga, langsung mengurungkan niat dan kembali mem perbaiki posisi ponsel ditelingannya
"ada apa?"
yuqi berpikir keras harus menjawab apa kali ini. lagi lagi ia membuat malu diri sendiri
"hmmㅡlo lagi apa?" tangannya dengan jantung berdegup tak karuan
"eh?"
"kalo gak boleh tau juga gapapa kok," ucap yuqi cepat
lucas terkekeh. "bolehlah, gue baru selesai ngerjain tugas matematika lo. terus sekarang lagi gak ngapa ngapain. lo sendiri?"
"kan lagi bikin puisi," jawab yuqi malu
"oh iya ya, hahaha." lucas tersenyum salah tingkah.
"lo udah makan?"
INGIN RASANYA GUE MEROKET KE PLUTO! jerit yuqi dalam hati
"belum sih." yuqi yakin setelah ini lucas akan menjawab 'makan dulu sana, ntar sakit'
jika benar, ucapkan selamat tinggal untuk yuqi
"oh gitu, gak makan juga gapapa sih ya? besok juga lo laper lagi"
memang kenyataan selalu berbanding terbalik dengan ekspektasi
lucas memang cowo yang beda, sedikit menyebalkan dan pinter merusak mood
"iya juga sih." balas yuqi bete
"lo mau gue beliin siomay?"
lucas ini berbakat membuat yuqi merasa terbang, jatuh dan terbang lagi
"gausah, lagian malem gini mau beli siomay dimana?"
"ya gue kan bisa keliling nyari,"
"heh, gausah deh, gue juga gak laper." yuqi memandang kertas didepannya yang masih kosong
"cas, telponnya lo tutup aja deh, gue mau lanjutin bikin puisi nih,"
"lo aja yang tutup qi."
"lo aja."
"nggak, lo aja."
"lo," yuqi tidak jadi berbicara. ia malah tertawa. "lo kenapa sih?"
"gak tau juga," jawab lucas yang juga ikut tertawa karena keanehan hari ini
"yaudah, lo aja yang tutup."
"hmm oke." pada akhirnya yuqi pun mengalah
"bye,"
dengan senyuman merekah yuqi menarik ponsel dari telinga kemudian memutuskan sambungan telepon
yuqi meletakkan ponsel kemudian menempelkan tangan di dada, merasakan detak jantungnya yang menggebu gebu
----
dancer ✓
vocal ✓
visual ✓
cute ✓
sexy ✓
kembaran gue ✓