38;

704 91 7
                                    

yuqi mengangkat alis setelah mereka duduk di kursi berhadapan dibatasi dengan meja bulat

"gue mulai sekarang?" yuqi berucap tak sabaran

"pesen makan dulu," kata yuta melirik pelayan yang sejak tadi menunggu mereka untuk menyebutkan pesanan

"gue nggak makan, lagi diet. minum aja deh," ucapnya kemudian menyebutkan minuman yang dipesannya

"samain aja deh mbak." kata yuta diiringi dengan cengiran

pelayan tersebut mengangguk, kemudian membacakan ulang pesanan dan pergi

"gue mau langsung nanya aja, sebenarnya lo sayang nggak sih sama doyeon? gue sebagai sahabatnya mau nyelesaiin ini."

"apa nggak kelihatan dari muka gue jawabannya?"

yuqi menggeleng. "nggak tau. di pemakaman aja lo nggak nangis sama sekali. gue sampe mikir lo gak punya hati,"

"gue sayang sama doyeon?" yuta menyandarkan punggungnya seakan memikirkan jawaban apa yang benar untuk ia kemukakan

kemudian kepalanya mengangguk. "iya, sayang."

"terus kenapa lo menghindar?" begitu cepat keluar dari mulut yuqi, seakan ia sudah mempersiapkan pertanyaan tersebut lebih dulu

"pasti lucas yang cerita kalo gue menjauh dari doyeon," tebak yuta

jujur saja itu memang benar, yuqi tau semuanya dari lucas

"lo mau denger cerita gue? mungkin cerita versi gue sama lucas sedikit berbeda,"

"gue juga mau ngomong sesuatu tapi nanti, setelah lo cerita."

minuman yang mereka pesan sudah datang. pelayan tersebut meletakkannya diatas meja, kemudian pergi melayani pelanggan yang lain

"waktu itu hujan, tepatnya 3 tahun yang lalu. gue, lucas, dan doyeon sekolah di SMP yang sama."

yuqi hanya mengangguk sebagai respon

"hari itu kami pulang lebih cepat, gue lupa kenapa. kami bertiga biasanya dijemput sama sopir pribadi nenek gue, bang maman. waktu itu gue udah telepon dia berkali kali buat minta jemput, tapi bang maman engga angkat."

"terus, tiba tiba lucas punya ide gila. dia ngajak gue dan doyeon pulang dengan jalan kaki. tapi, doyeon nolak ide gila si lucas karena jarak sekolah dengan panti cukup jauh. gue sih netral netral aja, nggak memihak salah satu dari mereka."

"terus akhirnya kalian gimana?" tanya yuqi

"gue nyaranin buat pulang naik taksi. tapi lucas gak mau. dia bilang kalo kita gak mau pulang jalan kaki, dia bakal jalan sendirian. mau gak mau gue sama doyeon nurutin kemauan tuh curut,"

yuqi sedikit terkekeh membayangkan sifat lucas yang kekanak kanakan

"lo liat jalan di depan?" yuta menunjuk ke arah luar

yuqi yang posisi duduknya membelakangi pintu masuk, sedikit memutar badan. cewe itu mengangguk pelan, kemudian kembali duduk secara normal

"di sana semuanya berawal. hal yang nggak pernah gue sangka terjadi. karena udah capek jalan, kami istirahat di kafe ini buat beli kopi sekalian lucas numpang buang air kecil,"

yuqi tersenyum tipis mendengar nama lucas. dia berpikir kalo cowo itu lucu dan keras kepala

"sementara lucas di dalam, gue sama doyeon di luar nunggu dia. terus tiba tiba gue merasa kalo itu adalah saat yang tepat buat nyatain perasaan. karena telalu takut, gue gak sadar ada mobil yang jalan di atas trotoar,"

"pengemudinya mabuk, nggak tau gimana kejadiannya, doyeon langsung dorong badan gue. doyoen ketabrak mobil itu dan gue malah selamat."

yuqi merasakan atmosfer di sana semakin berbeda. ia menjulurkan tangan mengusap tangan yuta yang ada diatas meja, sekarang ia tau perasaan yuta

"korban ngga cuma doyeon, ada banyak korban lainnya. gue waktu itu pingsan, dan waktu gue sadar, gue dapat dua kabar buruk. yang pertama, doyeon koma dan yang kedua nenek gue meninggal."

"gue bener bener kalut. hampir dua minggu doyeon tidur sebelum akhirnya dia siuman. sejak saat itu gue nggak pernah ketemu dia lagi. karena gue doyeon jadi gini, dua bulan dirumah sakit, doyeon akhirnya bisa pulang. tapi keadaan panti udah beda, nggak ada nenek gue lagi. semua keperluan panti nyokap gue yang urus. gue mencoba berdamai sama hati," yuta berhenti sejenak

"gue mulai ngomong sama doyeon tapi nyokap gue tau itu. dia tau gue deket sama doyeon dan mulai ngelarang gue ke panti. setiap hari libur, gue dikurung di dalam kamar dan disana gue mulai bisa manjat tembok. terkadang gue loncat dari jendela kamar supaya bisa ketemu doyeon," yuta tersenyum kecil

"setiap minggu gue beliin dia mawar tapi semua masalah datang setiap gue deket lagi sama dia. doyeon mulai sering sakit sakitan. karena udah terlalu sering sakit, akhirnya panti mulai serius nanggapin sakitnya doyeon. kurang lebih setaun yang lalu dia divonis mengindap penyakit autoimun. sejak saat itu gue mulai menghindar dari doyeon lagi,"

"kenapa lo menghindar disaat doyeon butuh lo banget sih?" tanya yuqi sedikit geram

"gue ngerasa setiap gue deket lagi sama dia, pasti akan ada kejadian buruk. dan buktinya kemarin, dia pergi di saat gue udah nyoba untuk maafin diri gue."

"yuta, lo salah. lo adalah orang yang paling doyeon sayang dan seharusnya lo nemenin dia di waktu waktu sulit."

----

HEY HEY HEYMON MAAP PACAR NYASAR DISINI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HEY HEY HEY
MON MAAP PACAR NYASAR DISINI

serendipity, lucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang