Decitan pintu terdengar kala gadis berambut gelombang itu memutar kenop dan mendorong pelan pintu perpustakaan.
Kaki jenjangnya itu pun langsung bergegas menuju rak buku biologi. Hanan masih dengan headphonenya beranjak mengambil buku pengetahuan ilmu kedokteran yang belum sempat ia baca kemarin.
Lagu-lagu milik idola favoritnya, Shawn Mendes, terus berputar di ipod berwarna merah miliknya yang ia genggam.
Memang ipod itu kecil bentuknya tapi besar kenangannya bagi si gadis berambut gelombang ini.
Baru ia mengeluarkan benda kecil persegi panjang itu dari sakunya, bermaksud ingin mengganti lagu yang diputar. Matanya lebih dulu menangkap kedua sosok yang membuatnya harus menghindar jika bertemu.
Kejadian ini sudah berjalan dua tahunan. Semenjak ia kehilangan sahabat terbaiknya.
Hanan buru-buru menaruh kembali ipod merah itu kedalam saku rok hitam selututnya.
Ia memundurkan langkahnya, bersembunyi dibalik rak buku agar tidak terlihat oleh dua orang yang sedang asik tertawa disana.
Menarik napas pelan, lalu buang. Itu yang dilakukan Hanan ketika dirinya sudah aman berada dibalik rak buku.
Kembali ke tujuan awal, netranya dengan gesit mencari buku dengan tebal 600 halaman di rak yang berada dihadapannya sekarang.
"Hnngg," pupil matanya turun naik mencari keberadaan buku metabolisme makhluk hidup.
Tapi, kegiatannya terhambat ketika bahunya ditepuk seseorang. Hanan menoleh dan mendapati Jevano Jeno dengan cengiran kudanya.
Gadis itu tentu menghembuskan napasnya pelan. "Kenapa Van?"
"Ikut ke rumah gue, kan? Yang buat referensi buku itu loh." Jelas Vano, membuat gadis dihadapannya itu langsung melebarkan matanya.
"Loh iya, ya? Duh gue lupa Vano, maaf-maaf. Gue cari bukunya dulu deh disini." Hanan sudah kepalang panik ketika ia baru ingat tugas bahasa yang dikasih gurunya tiga hari lalu.
Beginilah Hanan yang terkadang suka teledor dengan tugasnya, tapi malah lebih mengurusi urusan lain.
Walaupun ujung-ujungnya urusan itu ya tetap belajar bagi Hanan, belajar semua materi biologi berulang-ulang agar setelah lulus ia akan melanjutkan pendidikan tinggi jurusan kedokteran.
Vano terkekeh geli, laki-laki itu menepuk bahu Hanan bermaksud menenangkan.
"Santai aja Nan, kalau masih mau lanjut baca yang lain gapapa kok. Gue sama Reva udah dapet bukunya."
"Duh beneran tapi gak enak, kan harusnya gue yang nyari bukunya."
"Gue sengaja ngajak Reva yang nyari buku Nan, biar dia ada kerjaan. Jadi santai aja ok?" Terdengar helaan napas lega dari gadis dihadapannya ini.
"Tapi beneran ya gapapa?"
Vano tersenyum kecilㅡah jangan membayangkan bagaimana senyum seorang Vano, kadang Hanan sendiri pun suka lupa diriㅡlalu tangannya mengacak pelan rambut milik Hanan.
"Gapapa Jehaa, udah lanjut aja gue balik ya?" kata Vano yang dibalas anggukan oleh Hanan, setelahnya laki-laki itu berbalik dan tak lama tubuhnya sudah menghilang dari pandangan Hanan.
Melupakan hal bahwa tujuannya kesini adalah membaca materi metabolisme, Hanan melangkahkan kakinya menjauhi rak tadi.
Lagu yang tadi sempat terjeda akhirnya terdengar nyaring lagi di telinga, kaki jenjangnya itu melangkah menuju tempat duduk disebelah pojok kiri.
Pertama, tentunya menjauhi kedua sosok yang tadi sempat ia lihat. Kedua, terlintas dalam pikiran gilanya, ia akan tidur dan membolos mata pelajaran jam selanjutnya.
Padahal setiap hari selasa sehabis istirahat pertama biasanya setelah bel masuk berdering, Hanan adalah orang yang paling semangat untuk belajar mata pelajaran selanjutnya.
Biologi, pelajaran favoritnya.
Tapi entah darimana dan kenapa, Hanan sekarang malah menenggelamkan wajahnya dalam kedua lipatan tangan diatas meja dengan musik melow yang berputar diheadphonenya.
this is what it takes
Langkahnya ia cepatkan ketika bel masuk sudah berdering nyaring di indera pendengarannya.
Tapi masih saja jari jarinya itu menggenggam erat tangan mungil milik gadis disampingnya.
"Jef mending lu duluan deh, kelas gue jauh soalnya." Gadis itu yang tak lain adalah Keyza, kekasih Jefrin, mendengus pelan kala tangannya makin di genggam erat oleh laki laki disebelahnya.
"Jef, ayolah ini udah masuk bentar lagi pelajaran si kumis nih." Rengek Keyza yang dibalas ekehan oleh Jefrin, akhirnya genggaman itu terlepas. Namun yang terjadi selanjutnya adalah tangan kekar itu beralih merangkul bahu milik Keyza.
"Udah santai aja, Pak Kumis telat masuk kalau hari selasa."
Sehabis itu Jefrin benar benar melewati kelasnya dan harusnya Keyza tau kalau laki laki disampingnya itu tidak pernah main main dengan omongannya.
Memang Jefrin sempat bilang akan mengantar Keyza sampai kelas, tapi Keyza kira itu hanya ucapan manis belaka untuk membujuknya tadi. Nyatanya tidak.
Dan jauh beberapa meter dibelakang, sepasang sepatu hitam terhenti langkahnya ketika netra indah itu menangkap pemandangan yang tidak mengenakkan hati diujung sana.
Dia kembali memasang headphonenya, lalu berbalik lagi menuju perpustakaan. Mengurungkan niatnya yang tadi sempat terbesit untuk kembali ke kelas.
this is what it takes
pawlvinaz © 2020ps. book ini chapnya
emang gak banyakpss. aku kasih mulmed tiap chap biar selalu dapet feelnya sambil dengerin lagu wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
this is what it takes [1] ✓ (TERBIT)
Fanfiction[handwritten series #1] ㅡfollow me first before read this bookㅡ ❝ I'll break down these walls that are in our way. If this is what it takes ❞ Hanan, sosok gadis kuat yang memendam apapun sendiri. Gadis itu selalu terlihat baik-baik saja, tetapi ken...