| enam

571 118 7
                                    

Sudah sampai larut, tapi gadis itu masih saja menyeruput cokelat panasnya yang ia pesan sekitar dua jam yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah sampai larut, tapi gadis itu masih saja menyeruput cokelat panasnya yang ia pesan sekitar dua jam yang lalu. Bahkan cokelat panasnya itu berubah menjadi dingin.

Namun, Hanan tetap setia duduk sambil memandangi padatnya kota walaupun sudah pukul sebelas kurang lima belas menit malam.

Kejadian beberapa jam yang lalu membuatnya tidak mood untuk mengerjakan sesuatu apapun itu. Termasuk menulisㅡyang bahkan itu adalah kegiatan favoritnya untuk melepaskan penat.

Buku yang ia beli tadi pun belum tersentuh sama sekali. Biasanya Hanan akan membaca buku barunya langsung saat selesai dibayar. Kali ini ia tidak ada minat sama sekali.

Hanan menyandarkan tubuhnya ke sofa. Kedua tangannya beranjak menutupi wajahnya itu.

Hari ini Hanan terlihat sekali seperti banyak pikiran. Merubah posisi lagi, gadis itu menenggelamkan wajahnya dalam lipatan dua tangannya diatas meja.

Untung saja kafe yang ia datangi buka 24 jam.

Disaat saat seperti ini biasanya Hanan akan mendengarkan musik memakai headphone-nya itu sampai terlelap.

Namun, hari ini Hanan benar benar kacau. Luka itu kembali lagi, mengingat laki laki yang selalu berada di dekatnya sekarang sangat jauh dan menjadi asing.

Itu pun karena kesalahannya. Hanan menyesal.

"Mbak,"

Hanan mendongak ketika suara itu terdengar tepat disebelahnya. "Lohㅡeh, Hanan?"

Hanan menyipitkan matanya ketika seseorang lagi lagi mengenali dirinya.

Oh! Hanan baru saja mengingat sesuatu. Pantas wajah laki laki dihadapannya ini yang tadi menegur terasa familiar dimata Hanan.

"Eungㅡlo itu, ya? Duhㅡ"

"Alden." Sela laki laki itu cepat. "Oh, iya. Alden. Sorry lupa."

Alden terkekeh. "Iya santai. Btw, kenapa masih disini? Udah larut banget ini."

Hanan tahu, laki-laki itu seperti biasanyaㅡbasa basi. Padahal mood Hanan sedang tidak bisa diganggu.

Tapi, entah kenapa, perasaannya lebih lega daripada ia sendirian tadi.

"Oh gapapa kok, bentar lagi pulang." Alden mengangguk paham mendengar jawaban Hanan.

"Boleh duduk gak?" Tanya laki-laki itu to the point.

Ketika ia melihat Hanan mengangguk dan menyuruhnya untuk duduk, Alden langsung saja duduk dihadapan gadis itu dengan sudut bibir yang tertarik ke atas.

"Sorry ya gue bangunin lo lagi. Habis kan gue mikir lo cewek, ini udah malem. Takutnya gak ada yang bangunin sampe ini kafe tutup." Ucap Alden panjang membuka pembicaraan.

Dengan wajah datarnya itu Hanan menunjukkan tempelan yang ada di kaca kafe dekat pintu utama. "Kafenya buka 24 jam."

"Eh? Iya?"

this is what it takes [1] ✓ (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang