Play Song
Usai Di Sini ㅡ Raisaㅡ
Suara dentingan bel kafe terdengar ketika Hanan mendorong pintu tersebut dengan hati-hati. Gadis itu yang terakhir memasuki kafe setelah Vano. Selama ia berada di jok belakang ninja milik Vano, Hanan sama sekali tidak bicara. Bahkan bisikan Vano tidak berpengaruh untuknya.
"Lo kenapa sih?"
Kinara menarik tangan Hanan dan berbisik. Menyadari perubahan raut wajah sahabatnya. Hanan hanya membalas dengan gelengan membuat Kinara berdecak sebal. Gadis itu selalu menutupi keadaannya.
Hanan duduk tepat disebelah Vano dan Kinara, namun sayangnya gadis itu harus duduk berhadapan dengan Jefrin. Ketika semua orang sedang sibuk memesan, Hanan pamit permisi sebentar ke toilet, tapi gadis itu tidak benar-benar ke toilet.
Hanan melangkahkan kakinya lebar-lebar menuju tempat duduk kafe yang ada di rooftop. Tempat paling nyaman untuk menyendiri baginya.
Sedang asik-asik mengamati keadaan kota di sore hari, tiba-tiba saja suara decitan kursi disebelahnya membuat Hanan reflek menoleh. Jantungnya seketika berdegup kencang dua kali lipat. Gadis itu membuang arah pandangnya ketika tahu siapa yang menghampirinya saat ini.
"Udah lama kan?"
Suasana hening. Hanya semilir angin yang menemani, Hanan pun tidak berminat untuk menjawab. "Apa kabar?"
Lagi-lagi Hanan mengabaikan pertanyaan itu. Gadis itu asik mengemutkan permennya. Seseorang disebelah Hanan adalah Jefrin, pemuda itu menyandarkan tubuhnya pada kursi. Helaan napasnya terdengar ditelinga Hanan.
"Sorry."
"Apa?" baru Hanan menjawab tanpa menoleh ke arah samping. Pemuda itu pun juga sama, memandang lurus bangunan-bangunan menjulang tinggi di depannya.
"Ga nepatin janji, jadi temen yang baik buat lo."
Jawaban Jefrin membuat Hanan tersindir dengan kata-kata teman. Gadis itu berusaha menetralkan degup jantungnya. "Gapapa, lagian ada Vano."
Di tempatnya. Jefrin tersenyum tipis. "Gue ingkarin janji sama bunda, buat jagain lo Je." Hanan tidak menjawab lagi, sampai pemuda itu kembali membuka suara. "Kali ini gue mau nepatin janji, kayak Vano jaga lo."
Lagi-lagi Hanan diam. Tidak ingin menjawab perkataan Jefrin. Rasa sakit itu masih ada dan terasa. Gadis itu mengerti maksud Jefrin, karena kali ini keadaannya berbeda. Semua yang hancur, ketika ditata kembali tidak akan sempurna seperti awal.
"Lo tetep sahabat gue, Je."
Hanan baru menoleh, senyum kecil yang ia paksa terbitkan dikedua sudut bibirnya. "Ya, makasih."
Tidak tahu di dalam matanya masih tersimpan sejuta rahasia. Mata itu terlihat sangat bening dan sendu, senyumnya terbit walaupun sebenarnya—banyak makansa tersirat di dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
this is what it takes [1] ✓ (TERBIT)
Fanfiction[handwritten series #1] ㅡfollow me first before read this bookㅡ ❝ I'll break down these walls that are in our way. If this is what it takes ❞ Hanan, sosok gadis kuat yang memendam apapun sendiri. Gadis itu selalu terlihat baik-baik saja, tetapi ken...