| duapuluhsembilan

601 76 9
                                    

"Ya? Halo?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ya? Halo?"

Hanan terdiam sebentar ketika suara disebrang sana dudah terdengar. "Nan." gadis itu berkedip, kemudian sadar dari lamunannya. "Den."

"Iya halo, Hanan kan?"

Terpaan angin malam membuat rambut Hanan berterbangan asal. Ponsel yang ada tepat di telinganya itu terus bersuara dan dihiraukan.

"Nan, kenapa? Jangan diem aja."

"Temenin gue Den."

"Iya dimana?"

"Taman kota, perpustakaan keliling."

"5 menit, jangan kemana-mana."

Sambungan diputus secara sepihak oleh Alden. Hanan menjauhkan ponselnya, ia mengeluarkan headphone putih miliknya yang sudah lama tidak dipakai.

gadis itu duduk, wajahnya menghadap ke arah jalan raya. Baru beberapa menit matanya terpejam, satu tepukan dibahunya membuat kedua kelopak mata Hanan langsung terbuka.

Tangannya bergerak menggantungkan headphonenya di leher ketika tau siapa yang menepuk bahunya tadi.

Alden duduk tepat di kursi sebelah Hanan. Laki-laki itu menggeleng kecil. "Ck dasar! Kebiasaan udah malem masih di luar."

Mata Alden melihat Hanan dari atas sampai bawah. "Masih pake baju seragam lagi." komentarnya ketika kedua netra itu menangkap gadis di depannya masih memakai rok abu-abu selutut serta sweater hitam yang menutupi seragam putihnya.

"Untung pake sweater, kalo gak udah ditangkep satpol pp lo. Anak SMA malem-malem masih di luar pake seragam sekolah." Hanan tahu laki-laki tersebut berusaha mencairkan suasana sebelum bertanya pada inti masalahnya.

Hanan menarik sudut bibirnya tipis, sangat tipis. "Biarin."

"Lo kenapa?" tanya Alden pada akhirnya, seperti dugaan Hanan. Wajah gadis itu terlihat seperti sedang berpikir.

"Kenapa ya?"

"Ohㅡngajak bercanda nih?"

Hanan menampilkan senyum giginya, kemudian menggelengkan kepala. Kalau Alden bilang seperti itu, dijamin membuat Hanan hipertensi. Karena di sisi lain dari sifat Alden yang cuek, Alden sangat menjengkelkan.

Laki-laki iyu dominan. Bisa sangat serius dan bisa sangat menyebalkan dalam sekaligus.

"Mauㅡmain, gak boleh?" Alden menyipitkan matanya. Ia teringat sesuatu. "Nagih janji main basket?" tanyanya memastikan.

Benar saja Hanan mengangguk antusias. Kedua alisnya naik turun, bahkan wajahnya berseri. Hanan tersenyum lebar hingga pipi bulatnya itu membuat kedua matanya hanya terlihat segaris timbul ketika Alden menganggukkan kepala. Menepati permintaannya.

this is what it takes [1] ✓ (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang