| duapuluhsatu

362 84 7
                                    

play song
This Is What It Takes - Shawn Mendes

Cahaya dari lampu kamar menusuk ke dalam retina mata Hanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cahaya dari lampu kamar menusuk ke dalam retina mata Hanan. Ia ingat, semalam terlelap cepat karena terlalu lelah menangis. Gadis itu dengan cepat bangkit, lalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk bersiap sekolah. Kebetulan di dalam kamar yang ditempati Hanan kini terdapat kamar mandi, jadi tidak perlu keluar kamar.

Wakru menunjukkan pukul 06.30. Hanan sudah siap dengan seragamnya yang lengkap. Hari ini, hari dimana turnamen diadakan besar-besaran di sekolahnya.

Perempuan dengan rambut yang dikucir kuda itu keluar dari kamar dan mendapati Alden sudah duduk di ruang makan bersama kakak perempuannya.

"Dek," panggil Sinbi sembari menyenggol lengan Alden ketika netranya menangkap Hanan keluar dari kamar. Alden menoleh ke arah belakang dan langsung berdiri dari tempat duduknya.

"Nan, sarapan dulu. Biar semangat lombanya."

Hanan mendongak lalu tersenyum. Ia pun mendekat ke arah Alden, tidak lupa ikut menyapa kakaknya. "Den, Kak Bi."

Sinbi membalas senyum ramah pada Hanan. "Sini-sini makan." Ajak wanita yang menginjak kepala dua itu sambil menepuk kursi sebelahnya yang kosong.

Hanan pun duduk, diikuti Alden disebelah kirinya. Tak lama setelah itu Mama Alden datang membawa satu piring berisi nasi goreng.

"Eh, nak Hanan. Ini dimakan ya, habis itu berangkat sama adek.." ucap sang Mama. Hanan yang disodorkan piring tersebut tersenyum kaku.

"Hngg.. tante makasih banyak, maaf ngerepotin." Ucap Hanan dengan sungkan. Mama Alden tersenyum penuh arti. "Engga kok, gak ngerepotin. Udah dimakan, nanti kalian telat."

Ketiga remaja yang berada di ruang makan itu pun sarapan dengan khidmat. Hanya ada sura dentingan antara sendok dan piring yang terdengar. Sampai akhirnya, Alden lebih dulu selesai menghabiskan sarapan.

"Ayo cepet Nan, bisa telat." Katanya setelah meletakkan piring kotor di tempat cuci piring.

Hanan selesai makan, disusul Sinbi yang juga baru menyelesaikan sarapannya. Hanan dibelakang hendak mencuci piring-piring kotor, bermaksud meringankan pekerjaan rumah karena ya hitung-hitung Hanan sudah merepotkan keluarga Alden.

Sinbi yang melihat Hanan itu langsung mencegah dengan cepat. Hanan menoleh. "Kakak aja yang cuci, kamu berangkat gih ditunggu itu sama Alden."

"Gapapa kak, aku bantu sini—"

Sinbi menarik bahu Hanan agar mundur seraya menatap perempuan itu gemas. "Engga-engga, kamu kan mau turnamen. Gih, Alden nanti marah lho."

Hanan tersenyum kaku. "Beneran nih kak?"

Sinbi malah tertawa melihat Hanan yang terdiam ditempatnya. "Iyaaa! Astaga, sana berangkat.. nanti beneran telat."

"Eum, oke. Makasih ya kak, aku duluan." Hanan tersenyum sopan dan sedikit menundukkan kepalanya sebentar, lalu pamit pergi.

this is what it takes [1] ✓ (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang