| enambelas

383 87 18
                                    

Setelah kejadian kemarin sore, saat laki-laki perawakan tinggi dengan jaket denimnya tiba-tiba datang kerumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kejadian kemarin sore, saat laki-laki perawakan tinggi dengan jaket denimnya tiba-tiba datang kerumah. Layaknya teman biasa tanpa ada masalah apapun, Hanan menjadi lebih diam.

Bayangkan, itu terlalu tiba-tiba. Hanan sampai detik ini tidak tau motivasinya apa. Bahkan hari ini laki-laki itu tampak biasa saja, seolah hal kemarin tidak terjadi apa-apa.

Jefrin ini selalu bisa mengobrak-abrikan hati Hanan.

Hari ini Hanan hanya bicara sekenanya, Vano mendengar Hanan bicara sepatah kata saja rasanya ingin sujud syukur.

"Je, mau main gak abis pulang ini?" tawar Vano yang sedang duduk disampingnya, membujuk Hanan yang sibuk dengan ponsel digenggamannya.

Gadis itu berdeham, namun tidak mengatakan apapun lagu. Vano menghela napas kasar. "Lo masih sakit Je?"

"Ngga."

"Pusing?"

"Ngga."

"Marah sama gue?"

Spontan Hanan diam sejenak, kemudian berdeham. "Tuh—lo marah sama gue ya Je? Beneran? Jeeeee.."

Vano duduk tepat disebelah Hanan yang kebetulan kosong kursinya, Jefrin entah pergi kemana. Vano tidak peduli.

Laki-laki itu berusaha membujuk Hanan, ia terus mengganggu fokus Hanan yang sedang bermain game.

"Jee.."

"Ngga."

"Bohong? Marah kan?"

"Ngga."

Vano mengacak acak rambutnya frustasi. Masalahnya selama 17 tahun hidup bersama Hanan, gadis itu tidak pernah marah dan mendiamkannya. Hanya sekedar bete sebentar paling, habis itu ia akan balik lagi seperti biasanya pada Vano.

Namun dari kemarin, sejak Jefrin datang. Gadis itu mendadak mendiamkan dirinya. Hingga sekarang.

Vano pun tidak tahu soal itu. Laki-laki itu sama terkejutnya seperti Hanan.

"Je, serius gue gak tau kalau Jefrin kemarin ke rumah. Sumpah, Je beneran gak tau. Gue gak ngajak." Jelas Vano sambil memandang wajah datar Hanan.

Hanan pun tetap diam tidak mengatakan apapun, gadis itu masih sibuk. Atau memang pura pura sibuk. Ketika Vano ingin membuka mulut dan menjelaskan lagi, tiba tiba saja seseorang masuk ke dalam kelas. Membuat Vano mengatupkan lagi mulutnya.

"Weh." Sapa seseorang itu, Jefrin, yang baru saja datang dari luar.

Vano berdeham menatap temannya itu yang berdiri disamping. "Abis darimana lu?"

"Biasa ke kelas cewek gua." Jawab Jefrin. "Udah ah minggir, gua mau duduk." Lanjutnya, sambil menepuk bahu Vano.

Mendengar jawaban Jefrin, Vano melirik sekilas ke arah Hanan kemudian dengan berat hati laki-laki itu perlahan bangkit dari tempat duduk Jefrin.

this is what it takes [1] ✓ (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang