| limabelas

412 94 58
                                    

Rambut yang digerai asal itu sudah basah dan tidak ada wujudnya karena terkena air hujan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rambut yang digerai asal itu sudah basah dan tidak ada wujudnya karena terkena air hujan. Tetapi, gadis itu tetap melangkahkan kakinya ditengah rintikan-rintikan air yang terbilang sedikit deras.

Ia lebih memilih menyelamatkan tasnya daripada kepalanya, selalu begitu. Padahal kondisinya sekarang sedang tidak baik.

Hanan akhirnya berhenti meneduh disebuah persimpangan jalan dekat sekolah. Ia meneduh karena hujannya lama-kelamaan semakin besar. Kalau tidak, mungkin ia masih melanjutkan langkahnya.

Ia berada di depan sebuah gubuk kecil kaki lima yang sedang libur, alias tutup. Bibirnya sedikit gemetar karena terlalu dingin.

Tiba-tiba saja datang seseorang dari arah yang sama sepertinya, sambil berlari kecil dan meneduh tepat disebelah Hanan.

Baru saja Hanan ingin menoleh, seseorang yang ada disampingnya tampak sibuk mengeluarkan sesuatu dari dalam tas. Jaket boomber hijau army milik seseorang itu yang baru saja dikeluarkan dari tasnya.

Seseorang itu Alden. Dan ia sekarang tengah sibuk memakaikan jaketnya pada Hanan.

"Baju lo basah banget, bahaya buat mata cowok." Sapaan awal dari Alden.

Keduanya hanya diam dalam keheningan, hingga Alden kembali membuka suara.

"Kenapa gak neduh di halte?" Hanan hanya menggeleng. Laki-laki itu menatap wajah Hanan yang terlihat pucat.

"Sorry gue tadi ngikutin lo, makanya gue disini."

Hanan mengangguk kecil, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Hingga helaan napas Alden terdengar. "Nan, kalau mau nangis sini. Jangan ditahan."

Detik itu juga Hanan menoleh, menatap Alden penuh tanya. "Sorry juga, gue gak sengaja. Gue denger semuanya. Maaf, harusnya gue masuk buat nenangin lo. Tapi gue pikir, itu urusan kalian."

Alden menatap lurus jalanan, begitu juga Hanan. Rasanya masih pedih, bahkan jika dilihat dengan jelas, mata gadis itu tampak berkaca-kaca.

"Terkadang, laki-laki juga punya alasan jelas kenapa dia harus ninggalin. Mungkin kalau gue yang ada diposisi Jefrin, gue juga sama kayak dia. Gue emang gak tau apa apa, tapi gue ngerti. Tanpa harus tau cerita kalian." Ucap laki-laki itu tanpa menoleh ke arah Hanan.

"Karna cerita kita persis. Dan posisi gue pun sama, sama persis kayak Jefrin." Lanjut Alden yang membuat Hanan terpaku.

Tangan kanan Alden tiba-tiba bergerak menggenggam erat tangan Hanan. Membuat gadis itu terkejut. Tapi dengan santainya, laki-laki itu memasukkan tangan mungil milik Hanan ke dalam saku hoodienya tanpa melepaskan genggaman mereka.

"Tangan lo dingin banget. Kalau besok gak enak badan, jangan dipaksa masuk." Hanan masih diam terpaku dengan tingkah Alden kali ini.

"Nan." Panggil laki-laki itu lagi dan Hanan tetap bergeming.

this is what it takes [1] ✓ (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang