| duapuluh

386 83 8
                                    

play mulmed or bisa kamudengerin di aplikasi lagunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

play mulmed or bisa kamu
dengerin di aplikasi lagunya






Akhir tahun, tidak berhenti-hentinya langit menurunkan air hujan diatas tanah. Sudah menjadi kebiasaan Hanan menikmati lantunan lagu dengan headphone berwarna putih setiap menunggu bus datang. Headphone itu adalah hadiah dari Jefrin ketika ulang tahun Hanan tepat bulan Oktober kemarin.

"Kan kebiasaan," gumam seseorang tidak jauh dari tempat Hanan sekarang.

Sedang asik-asiknya mendengar lagu, headphone yang bertengger dikedua telinganya seketika lepas begitu saja. Ia mengadahkan kepala, mendapati Jefrin menatapnya dengan tatapan mengintimidasi. Perempuan itu sekarang hanya bisa menampakkan deretan giginya yang rapih.

"Eh, hehe.."

"Udah aku bilang berapa kali? Bahaya Je. Jangan macem-macem, kamu tuh budeg kalo pake ginian. Gimana kalo ada sesuatu? Gak bisa denger apa-apa kan?" omel Jefrin seraya mengambil headphone milik Hanan. "Aku sita mau?"

Sontak Hanan langsung bangkit dan melotot tidak terima. "GAK MAU!" tangannya dengan cepat merebut miliknya yang berada ditangan Jefrin. Tapi sayangnya, Jefrin menggerakkan tangannya lebih cepat dari Hanan. Menyimpan headphonenya dibalik punggung tegap pemuda itu. Bahaya.

"Makanya, nurut. Dibilang bahaya. Besok kayak gitu lagi aku sita." Ucap Jefrin yang belum selesai mengomeli Hanan. Ia masih mendengar Jefrin berceloteh. Lantas tangannya itu tidak tahan lagi untuk bergerak membekap mulut Jefrin.

"Bawel ish, iya iya. Ini halte umum tau." Bisik Hanan mengetahui banyak pasang mata menatap keduanya. Ketika dua insan itu menjauh dari tempat awal, Hanan baru melepaskan bekapannya pada mulut Jefrin.

"Apa?" tanya perempuan mungil itu melihat Jefrin menyipitkan matanya. "Aku buang nih headphone nya. Serius."

"EH—"

Refleks tangan Hanan kembali terangkat dan ingin meraih miliknya yang terambil oleh Jefrin. Namun sepertinya Jefrin tidak mudah untuk langsung memberikan pada Hanan. Ia kembali menggerakkan tangannya menyembunyikan headphone tersebut dibalik punggung.

"Iyaaa besok engga lagi. BENERAN!" seru Hanan. Gemas sekali melihat Jefrin yang protektifnya melebihi sang bunda. Air muka Hanan berubah seketika, berusaha membujuk dengan wajah yang dibuat-buat.

Bukan semakin marah atau kesal, Jefrin malah semakin tidak tahan menahan tawanya. Dasar! Bisa-bisanya perempuan itu tahu kelemahan Jefrin. Laki-laki itu memberikan benda milik Hanan dengan wajah sedatar mungkin. "Awas kayak gitu lagi. Beneran aku buang."

Hanan menarik kedua ujung bibirnya, tersenyum lebar. Kemudian menganggukkan kepala tanpa menjawab perkataan Jefrin. Hanan pun dengan segera menyimpan benda kesayangannya didalam tas.

this is what it takes [1] ✓ (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang