| tiga

956 185 11
                                    

jangan lupa vote-
comment hehew

"JAHE! KEMANA AJA SIH LO??" Teriakan itu membuat atensi Hanan yang tadinya memandang ke arah ponsel jadi mendongak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"JAHE! KEMANA AJA SIH LO??" Teriakan itu membuat atensi Hanan yang tadinya memandang ke arah ponsel jadi mendongak.

Gadis itu baru saja sampai tepat di depan pintu kelas. Setelah mendongak dan melihat sahabatnya di kursi pojok sana, Hanan menampilkan cengirannya.

Hanan pun melangkahkan kakinya menuju tempat duduk di pojok kelas. Tempat duduknya dan sahabatnya, Kinara Hyena.

"Gue ketiduran di perpus hehe." Jawab Hanan bohong sambil menampilkan senyum kudanya.

"Kok matanya sembab gitu? Abis crying ya lo?" Tanya Kinara, lebih tepatnya menuding Hanan. Membuat Hanan membulatkan matanya.

Memang Hanan sendiri tadi tidak bisa tidur di perpustakaan dan berakhir membaca novel.

Pada dasarnya Hanan bawa perasaan alias baper, ia menangis ketika adegan dimana seorang pemuda meninggalkan gadis tokoh utama tersebut.

Tapi lebih tepatnya, Hanan mengingat seseorang ketika membaca itu.

"Hehe iya, abis baca novel." Kinara mengibaskan tangannya ke udara sambil berdecak.

"Halah," Katanya, sudah tau sahabatnya yang satu ini banyak alasan.

"Tadi Bu Putri nanya kenapa lo gak ada, terus gue bilang aja gak enak badan jadi di UKS." Lanjut Kinara, tangannya sibuk membereskan buku yang ada diatas meja.

"Ouch begitu ya, hehe. Makasih Kinara sayang ututu." Ucap Hanan dengan nada dibuat-buat, ia mendekati Kinara yang sudah menekuk wajahnya.

Tangan Hanan beranjak mencubit pipi gembul milik sahabatnya itu. "Ish apaansi, diem."

"Ututu ngambek Nara kuu." Hanan masih saja menjahili Kinara sampai gadis itu menoleh ke arahnya sambil menatap jengah.

"Lagian ya! Lo tumben banget bolos pelajaran bio, kenapa sih?" Tanya Kinara sewot, membuat Hanan mengatupkan bibirnya.

"Gapapa, capek aja." Hanya itu yang bisa Hanan katakan.

Sisanya biar saja Hanan yang rasakan sendiri. Menurutnya itu tidak penting untuk dibahas.

this is what it takes

Laki-laki bersurai hitam legam itu terus menyenggol lengan milik sahabatnya. Pasalnya sedaritadi sahabat disampingnya ini hanya memandang kosong ke arah papan tulis.

"Diem aja lu tong." Kata Vano membuka suara, tapi matanya memandang lurus ke arah depan dan tangannya sibuk menulis catatan.

Jefrin yang terus digerecoki sahabatnya itu hanya berdeham kecil tanpa minat membalas jahilnya seorang Vano.

this is what it takes [1] ✓ (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang