| duapuluhdelapan

475 87 27
                                    

Pagi ini Hanan sudah siap dengan setelan seragam lengkap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini Hanan sudah siap dengan setelan seragam lengkap. Pantulan wajahnya di cermin pun sudah terbilang oke, seperti biasanya.

Hanan menyambar ponsel yang berada di atas nakas. Buru-buru ia mengetikkan sesuatu disana. Tak sampai 10 menit, deruman ninja terdengar sampai kamar Hanan.

Dengan langkah cepat ia turun, tangannya segera membuka pintu lebar. Di depan rumahnya sudah terlihat cowok memakai boomber hijau army sedang menunggunya sambil memainkan ponsel.

"Jef." Panggil Hanan dan Jefrin menoleh cepat. "Eh? Yuk."

Malam kemarin, sebelum Hanan terlelap. Jefrin mengirim pesan pada gadis itu untuk bangun pagi dan siap-siap dengan cepat. Karena laki-laki itu akan menjemputnya tepat waktu.

"Kok tumben?" tanya Hanan sembari memakai helm yang baru saja diberikan Jefrin. "Ya kenapa emang?"

Dahi Hanan mengerut. "Balik nanya, terus Key?"

"Udah bilang, katanya dia bareng Sheryl." Jawab Jefrin cepat. Hanan yang sudah duduk di jok belakang motor Jefrin hanya mengangguk kecil.

Setelah semua sudah siap, Jefrin melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Ketika keduanya sampai di pekarangan sekolah. Semua pasang mata yang ada di dekat mereka langsung melihat sinis. Bahkan bisikan-bisikan tidak suka itu terdengar lagi.

"Jefrin kan pacar Key, kok sama Hanan? Lah ceweknya kan temenan?"

Hanan mendengar jelas dua orang yang sedang membicarakannya ketika Hanan jalan iringan bersama Jefrin di koridor. Yang namanya Hanan, tidak pernah mendengarkan apa kata orang.

Jefrin tahu itu sedari dulu. Jadi, dua orang yang sedang beriringan itu berjalan santai tanpa terganggu oleh bisikan-bisikan murid lain. Tapi tetap saja, Jefrin tidak ingin Hanan mendengarkan orang membicarakan tentang gadis itu yang jelek-jelek. Namun cowok itu tidak bisa apa-apa.

Jika dulu Jefrin akan merangkulnya dan mengajak bicara Hanan sampai kelas sehingga Hanan tidak mendengar omongan jelek orang orang. Sekarang tidak bisa lagi.

Di dalam kelas sudah ada Vano dan Hendra yang sibuk menyalin pekerjaan rumah milik Reva. Ketiga temannya reflek mendongak saat Hanan datang bersama Jefrin.

"Nah! Akur lagi kayak gini enak kan liatnya!" celetuk Hendra dengan suara keras. Vano disebelahnya tak segan-segan untuk memukul kepala cowok tersebut.

"Bacot tau gak?!" omel Vano.

"Seneng men! Gila, kita lengkap lagi brooouuu!"

Reva yang ada dibelakang Hendra menggeleng kecil, entah mereka tidak tahu kenapa bisa berteman sama makhluk absurd semacam Hendra.

Vano menatap Hanan, begitu sebaliknya. Laki-laki itu menatap dengan penuh penjelasan, lalu Hanan menggeleng pelan berisyarat tidak apa-apa. Vano mengerti, ia kembali sibuk berkutat dengan bukunya.

this is what it takes [1] ✓ (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang