| duapuluhenam

327 82 18
                                    

Hanan tidak habis pikir dengan laki-laki disampingnya saat ini yang sedang sibuk menyapu taman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanan tidak habis pikir dengan laki-laki disampingnya saat ini yang sedang sibuk menyapu taman.

Kalau bisa milih, jujur Hanan lebih pilih bersihin toilet sekolah daripada harus bersih-bersih taman. Pasalnya taman belakang ini sangat lebar dan banyak sampah berserak. Belum lagi harus cabut rumput taman, lalu buang sampah. Rrr—triple kill bagi Hanan.

"Lo ngapain, sih? Ngerjain ini juga." Tanya Hanan ketus, perempuan itu berusaha sabar memungut sampah-sampah berserakan.

"Gue tau lo ga bakal ngerjain. Ujung-ujungnya juga Alden yang kerjain kan waktu itu." Tangan Hanan berhenti bergerak saat Jefrin dengan santainya mengatakan hal tersebut.

"Gue liat dari atas." Jelas Jefrin tanpa diminta. Menjelaskan semua pertanyaan yang ada dibenak Hanan, padahal Hanan belum mengatakan apapun.

Jefrin meletakkan sapu yang dipegangnya. Kemudian netra itu memperhatikan gerak-gerik Hanan. Cowok itu berdecak kecil, langkah lebarnya mendekat ke arah Hanan dan langsung menggantikan posisi gadis itu.

"Udah, mending lo duduk. Sini sampahnya." Ucap Jefrin yang langsung dituruti oleh Hanan dengan senang hati. Gadis itu meletakkan kembali sampah yang dipungut, lalu bergegas ke arah kran untuk mencuci tangan.

"Gue mending ngosrek kamar mandi deh, ketawan kamar mandi sekolah kita mah bersih." Ujar Hanan, lebih tepatnya berkata pada diri sendiri. Jefrin yang dengar ocehan perempuan dibelakangnya hanya terkekeh kecil ditempat. Sudah sangat hapal tabiat sahabat kecilnya itu.

"Ya makanya karna toilet bersih, jadi kita disuruh bersihin taman." Hanan mendengus. Kali ini membenarkan perkataan Jefrin. Biasanya terus mengelak.

Tak lama terjadi hening lagi. Jefrin berdeham. "Je," panggilnya. Hanan menoleh tanpa bersuara. "Gimana sama Alden?" Hanan melebarkan matanya, ancang-ancang ingin protes.

"Alden apaan??"

Jefrin tersenyum tipis. "Lo, sama Alden. Gimana?"

"Gimana apanya astaga??" Hanan menggelengkan kepalanya jengkel. Sedangkan Jefrin menatap sahabatnya itu dengan wajah mengejek. "Boong ah, cerita-cerita sini."

Hanan berkacak pinggang di hadapan Jefrin, menatap kesal laki-laki itu. "Heh dasar! Nyebelin banget sih lo. Dibilang engga." Jefrin tak kuasa menahan tawanya ketika melihat wajah Hanan yang memerah karena kesal sekaligus kepanasan.

"Terus kalau gue tanya lo sama Keyza gimana, emang lo bakal mau jawab?" Hanan membalikkan pertanyaan tersebut pada Jefrin. Lantas cowok yang tadi tertawa langsung merubah raut wajahnya menjadi datar.

Namun bedanya, wajah Jefrin terus terlihat santai. Tidak seperti menaruh beban ketika ditanya oleh Hanan perihal hubungannya. "Ya namanya hubungan, ga bakal terus seneng-seneng. Tapi, gue selalu usaha buat jaga perasaan dia."

Hanan mengerjap. Tidak percaya akan jawaban yang diutarakan Jefrin. Perempuan itu mengangguk kecil, padahal dalam hatinya itu ia sangat menyesal bertanya hal tersebut. Seperti sedang melempar boomerang, yang ujung-ujungnya malah menyakiti diri sendiri.

this is what it takes [1] ✓ (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang