| duapuluhlima

378 82 7
                                    

comment nya:(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

comment nya:(

P L A Y S O N G
Up ㅡ Justin Bieber





Sorak-sorakkan terdengar ramai ketika suara peluit berbunyi, menandakan waktu permainan sudah habis.

Hanan menatap papan skornya dengan senyum lebar. Sheryl melangkah lebar dan langsung merangkul gadis itu dengan semangat.

"Gila Nan! Congrats!"

Semua anggota tim merah mengerubungi Hanan. Tim mereka mencetak skor 55 karena detik-detik terakhir Hanan menembak bola dan skor mereka bisa mengalahkan tim lawan. Turnamen basket putri dimenangkan oleh tim Sheryl bersama yang lain.

Sore ini semua anggota basket berkumpul di lapangan indoor selepas acara turnamen benar-benar selesai.

"Asik cuy! Makan-makan!" seru Ayen. Mereka semua sekarang berada di ruang ganti. Ke lima gadis itu berseru gembira.

Hanan di depan lokernya hanya terkekeh kecil memperhatikan teman-temannya. Sudut bibirnya berubah menjadi datar saat sebuah dering ponsel yang ada didekatnya terdengar dan layar terang itu menampilkan sebuah nama seseorang.

"Eh-hape gue bunyi!" Keyza yang lagi asik ngobrol itu tiba-tiba menyeru dan bangkit dari tempatnya. Mencari-cari ponselnya.

Hanan yang sudah tahu letak ponsel gadis itu masih mengatupkan bibirnya. Ia malah membuang arah pandang, fokus membereskan lokernya. Tidak berniat memberitahu. Boleh bilang Hanan tega, karena gadis itu benar-benar malas.

"Guys, gue duluan ya. Mau ke ruang jurnal." Pamit Hanan tiba-tiba setelah selesai membereskan barang-barangnya.

Semua menyahut dan Hanan melangkah keluar ruangan. Ketika kusen pintu terbuka, netra Hanan tidak sengaja melihat seseorang yang sedang bersandar pada tembok ruangan.

Lagi-lagi, Hanan seperti merasa de ja vu. Gadis itu cepat-cepat menutup pintu.

"Nunggu Keyza?" tanya Hanan lebih dulu.

Pemuda yang sedang menyandarkan tubuhnya itu sedikit terheran, karena tidak biasanya gadis yang baru saja keluar dari ruangan itu ingin membuka pembicaraan lebih dulu.

Jefrin, laki-laki tersebut, mengangguk. "Nunggu lo juga, sih." Hanan menaikkan satu alisnya bingung. "Lah?"

Pemuda itu merubah posisinya menjadi berdiri tegap. Ia mengulurkan tangannya dan tersenyum. "Congrats Je! Lo emang hebat dari dulu."

Hanan membalas uluran tangan Jefrin, secara terpaksa, sembari mengangguk. "Thank you," setelah itu Hanan langsung melepas jabatan tangan mereka lebih dulu.

"Btw, gue pamit duluan. Mau ke ruang jurnal." Jefrin tersenyum lalu mengiyakan. Baru selangkah Hanan ingin meninggalkan ruangan, Jefrin memanggil namanya lagi.

this is what it takes [1] ✓ (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang