Hari kedua, rasanya seperti sudah berminggu-minggu. Sejak kemarin Hanan duduk tepat disebelah Jefrin, gadis itu juga merasa tidak ingin masuk sekolah saja.
Terdengar jengkel. Namun, memang rasanya sangat canggung. Jelas Hanan tidak suka.
Seperti saat ini, Hanan rasanya ingin pergi menjauh dari suasana yang menurutnya benar-benar menyebalkan.
Gadis itu melihat laki-laki disebelahnya sibuk sendiri dengan ponsel digenggamannya. Ia juga sedang sibuk dengan aktivitasnya sendiri, tapi merasa tidak leluasa.
Hanan menghela napas pelan, kemudian memasang earphonenya seperti biasa. Ia menidurkan kepalanya diatas meja tetapi membelakangi laki-laki disampingnya.
Tidak sama sekali berniat membuka suara sejak kemarin.
Tak lama seorang pria usia kepala empat memasuki kelas. Hanan tidak dengar apapun kecuali lantunan musik yang berada di earphone-nya.
Gadis itu merasa bahunya ditepuk seseorang. Ia menoleh, dugaannya benar. Jefin yang menepuk bahunya.
Hanan awalnya menautkan alis, tetapi ia berusaha mengerti isyarat yang diberikan Jefrin.
Gadis itu membuka kedua earphone yang menyumpal telinganya, baru ia ingin membuka mulut, satu suara menyerukan namanya.
"Jehanan!"
Si empunya nama itu reflek menoleh dan langsung melebarkan matanya. "E-eh, astagfirullah. Iya pak?" Hanan menampakkan cengirannya.
"Mampus udah, ketauan pak Suman." Gumam Jefrin sambil pura-pura membaca buku sejarah wajibnya, gumaman itu masih bisa di dengar oleh Hanan.
"Udah selesai pr-nya?"
Hanan tambah melebarkan pupil matanya. Kelas bahkan kali ini sangat hening, hingga gadis itu bingung untuk menjawab.
Jarinya bergerak menggaruk pelan pelipisnya. Perlahan-lahan ia membuka lembar demi lembar buku tulisnya yang terbilang 'masih bersih'.
Pria kepala empat itu mendekat ke arah tempat duduk Hanan dan mengambil buku tulis gadis itu untuk mengeceknya.
"Apa ini, Jehanan? Kamu nulis soal aja gak selesai, lari keliling lapangan dua puluh putaran."
Mati sudah riwayat oknum Jehanan itu.
This is what it takes
Baru dua putaran, napas gadis itu rasanya sudah tinggal setengah kerongkongan. Keringatnya pun sudah bercucuran hingga membasahi rambut.
"Pengin mandiiiii." Keluh Hanan yang sekarang sedang berteduh dipinggir lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
this is what it takes [1] ✓ (TERBIT)
Fanfiction[handwritten series #1] ㅡfollow me first before read this bookㅡ ❝ I'll break down these walls that are in our way. If this is what it takes ❞ Hanan, sosok gadis kuat yang memendam apapun sendiri. Gadis itu selalu terlihat baik-baik saja, tetapi ken...