Pagi harinya, tepat pukul 7 pagi, angin pantai berhembus kencang, menimbulkan efek dingin pada permukaan kulit. Termasuk Raskal, bahkan laki-laki itu hanya menggunakan kaus oblong tipis dan celana pendek selutut. Rambutnya yang sudah berantakan karna baru bangun tidur bertambah berantakan karna angin pantai. Laki-laki itu duduk di pinggir pantai tanpa pengalas, tanpa takut celananya kotor karna pasir. Ia menatap hamparan pasir dan air di hadapannya. Raskal mengigit bibirnya gelisah, takut Kalila salah paham dengan apa yang ia katakan tadi malam.
Namun sumpah demi apapun, yang ia katakan tadi malam itu tidak sengaja.
"Raskal!" pekik seseorang dari belakang membuat yang dipanggil menoleh. Itu Kalila, ia mengenakan jaket tipis untuk menutupi kaus tidurnya tadi malam. Kalila berlari kecil mendekatinya lalu duduk di sampingnya, "nggak dingin?"
"Dingin sih, lo ngapain keluar? Kan dingin."
"Gue pake jaket kok."
Raskal mengangguk kemudian kembali menatap ke depan. Sedangkan Kalila bingung dari mana ia akan mulai untuk membahas kejadian tadi malam. Setelah meyakinkan diri, Kalila berbalik, menatap Raskal dari samping. "Kal?"
"Hm?"
"Tadi malem," Raskal langsung menoleh, membuat Kalila memotong kalimatnya, "lo nggak inget apa-apa?"
"Nggak inget, selain lo ikutan tidur di sofa."
Jawaban Raskal membuat Kalila menghela nafasnya kasar. Tadi malam, setelah Raskal mengucapkan kalimat yang membuat Kalila jadi tambah susah menutup matanya, Kalila berfikir. Apakah yang Raskal katakan tadi malam adalah sebuah bunga tidur atau kebenaran. Padahal tadi malam Kalila sudah merangkai kata-kata yang akan ia katakan pada Raskal untuk membalas ucapan itu. Namun pagi ini semuanya hangus, termasuk hayalannya yang akan bahagia dengan Raskal.
Kali ini Raskal yang menatap Kalila dari samping. "Dan selain gue bilang sayang sama lo."
Dan saat mendengar apa yang Raskal katakan, jantung Kalila langsung berenti memompa, nafasnya tercekat. Bibirnya tertutup rapat, kedua bola matanya juga tidak bisa lepas dari wajah Raskal. Laki-laki itu membuatnya terbang.
"Soal tadi malem, gue nggak sengaja ngomong gitu La."
Lalu jatuh.
"Tapi gue serius."
Dan terbang lagi.
Namun ucapan Raskal yang terakhir membuat Kalila terdiam sejenak. Kehadiran Raskal akhir-akhir ini di hidupnya memang membuatnya sedikit lebih hidup. Dalam artian ada satu orang yang tau jika ia hidup di dunia ini. Tapi entah kenapa saat Raskal mengucapkan 3 kalimat tadi seperti ada kesalahan. Bukan di salah satu kalimat itu, namun di hatinya, ada yang mengganjal di sana.
Seperti, tidak pantas.
"Lo nggak boleh sayang sama gue."
"Huh?"
"Gue nggak pantes, Kal."
"La, gue nggak suka kalo lo udah mulai ngerendahin diri lo sendiri."
"Liat di sekeliling lo. Apa gue pantes bersanding dengan mereka semua?" Kalila mengigit bibir dalamnya, "gue nggak pantes Kal. Kita beda. Gue sampah dan lo-"
Raskal menutup mulut Kalila menggunakan telapak tangan kananya. Matanya menatap dalam mata Kalila. "I love you."
• • •
"Raskal di Bandung, Bun."
"Sama siapa? Pulang kamu sekarang! Pergi nggak bilang-bilang, bawa mobilnya Bunda!"
"Sama Lila. Hari ini Raskal pulang–"
"Lila? Hari ini nggak pulang juga nggak pa-pa. Nggak usah buru-buru pulangnya. Bye sayang."
Sambungan terputus membuat Raskal menjauhkan benda tipis itu dari telinganya. Kedua alisnya mengernyit bingung ketika Bundanya mengetahui bahwa ia ke sini dengan Kalila. Tadi marah-marah, sekarang disuruh lama-lama. Maunya apa sih?
"Kal."
Raskal menoleh memperhatikan Kalila yang sedang memajukan bibir bawahnya sembari memperlihatkan foto Kalila yang diambil candid olehnya di pantai kemarin. Apa yang salah? Kalila cantik pada saat itu.
"Kamu kok post foto ini di instagram sih?"
"Emangnya kenapa? Kamu cantik kok."
"Bukan cantiknya Raskal!"
"Trus apa?"
Kalila terdiam. Semenjak Raskal mengupload foto itu ke instagram, penggemar Raskal yang sebagian besar adalah siswi dari sekolahnya menghujatnya melalui Direct Messengernya. Sedari tadi malam, ponselnya berdenting tidak mau berhenti karna pesan yang cukup menyakitkan datang karna foto itu. Hal itu yang membuat Kalila tidak nyaman dari tadi malam, mengingat Raskal yang sangat malas mengupload fotonya ke akun pribadi laki-laki itu. Ada sih fotonya, itupun hanya satu dan difoto dari belakang saat ia bermain basket di lapangan sekolah.
Yang lebih parahnya. Caption dari foto itu adalah; ❤
"Nggak pa-pa," jawab Kalila akhirnya, diiringi dengan senyuman di wajahnya.
Raskal terkekeh sembari mengacak rambut Kalila gemas. Lalu kembali mengemas barang-barangnya. Sedangkan Kalila yang tidak membawa apa-apa ke sini hanya bisa memperhatikan Raskal dari sofa. Bagaimana jika nanti para penggemar Raskal menyerangnya. Pesan kemarin cukup menyakitkan dan membekas di hati. Bukan sekedar hujatan tentang fisiknya saja yang tidak pantas. Ada juga beberapa orang yang menghujat tentang kesalahan Bundanya sewaktu dulu. Sama seperti Ayahnya, ia selalu disalahkan karna kesalahan Bundanya di masa lalu.
"La?"
Tak ada respon, membuat Raskal mengalihkan padangannya dari tumpukan baju lalu menatap Kalila yang sedang menatap kosong ke arahnya. Sedetik kemudian air mata keluar dari mata indah itu. Dengan cepat Raskal mencegahnya. "Hey, why are you crying?"
Kalila berkedip, membuat air mata yang jatuh dari mata itu semakin banyak. Kemudian ia menyingkirkan tangan Raskal dari wajahnya lalu keluar dari kamar itu. Namun Raskal hanya diam di tempatnya, sembari menatap punggung Kalila yang menghilang setelah pintu di tutup. Bukannya tidak mau mengejar, tapi ia tau bahwa Kalila butuh waktu sendiri.
Setelah 30 menit lamanya, akhirnya Raskal keluar dari kamar, mencari keberadaan Kalila. Melihat kerumunan orang di pinggir pantai membuatnya langsung berlari ke arah sana dengan perasaan yang tidak nyaman. Nafasnya berhenti saat itu juga saat melihat Kalila terbaring di pasir dengan keadaan basah kuyup. Matanya terpejam, bibirnya pucat. Raskal duduk di samping Kalila sembari mengecek denyut nadi perempuan itu. Saat merasakan masih ada denyut di sana, Raskal langsung mendekatkan wajahnya, dengan wajah Kalila, memberi udara melalui bibir perempuan itu.
Kedua mata Kalila terbuka, lalu ia mengeluarkan banyak air dari mulutnya. Matanya langsung menatap sosok Raskal dan memeluk laki-laki itu erat. Ia takut. Apalagi kecelakaan tadi bukan karna kesalahannya.
Namun karna kesengajaan seseorang.
🌙
KAMU SEDANG MEMBACA
eccedentesiast
Teen Fiction[ some part are locked, follow to unlock ] ❛❛Eccedentesiast (n.) a person who hides their pain behind a smile.❜❜ Kebahagiaan. Satu hal yang selama ini Kalila dambakan. Namun Kalila sadar, kehidupannya telah hancur dan ia tak yakin bisa kembali bahag...