"Pergi lo dari sini," Raskal melayangkan tatapan yang tidak bersahabat, "benci gue liat muka bejat lo."
Sudah jelas, Raskal adalah adik dari laki-laki ini dan Raskal membenci Abangnya sendiri. Sedangkan Kalila yang tadinya menatap laki-laki itu kembali menyembunyikan wajahnya di balik tubuh Raskal saat mata Tio menangkapnya basah. Walaupun hanya sedikit, Kalila bisa melihat bahwa ada kemiripan antara mereka berdua.
"Boleh juga cewek lo," ucapnya sembari menatap ke arah Kalila.
Membuat Raskal semakin menyembunyikan tubuh Kalila di belakang tubuhnya. "Pergi lo!"
"Kal," tegur Kalila sembari menarik ujung kaus basket Raskal.
"Udah diapain lo sama Raskal?" tanya Tio lagi, ia tidak menghiraukan teriakan Raskal tadi.
"Pergi atau gue bunuh lo sekarang juga?"
Tio menelan ludahnya samar mengingat kejadian satu tahun yang lalu saat Raskal baru saja turun dari motornya dan langsung meninju rahangnya. Teman-teman Tio yang melihat kejadian hanya bisa diam tanpa berani menahan Raskal. Semuanya tau bila Raskal sudah marah, marahnya tidak main-main dan bukan masalah sepele yang menjadi sebabnya.
Belum puas meninju Tio hingga babak belur, Raskal melempar tubuh Abangnya ke kaca besar di belakangnya. Seketika kaca-kaca berserakan, menghujani tubuh Tio. Tubuh Raskal yang lebih kecil dari Tio tidak mengurangi kekuatannya untuk menghajar Abangnya sendiri.
Sebelum pergi, Tio sempat melirik Kalila sekali lagi. Mengingat garis wajah perempuan itu, kali saja ia bisa menjadikan perempuan itu sebagai umpan.
Setelah kepergian Tio dan teman-temannya, Raskal kembali menarik lengan Kalila menuju mobil dan menjauh dari café itu.
"Kita nggak jadi makan?"
"Nggak," jawabnya singkat, emosi Raskal masih naik turun karna kejadian tadi.
Kalila menatap ke arah jalanan, ia tidak tau Raskal akan membawanya kemana. "Kal, kita mau kemana?" tidak ada jawaban membuat Kalila bingung, "kamu nggak laper? Padahal aku mau nemenin kamu makan."
"La!"
Suara Raskal yang meninggi membuat Kalila mengalihkan pandangannya ke jendela sembari mengigit bibir dalamnya. Kalau sudah begini, Kalila jadi takut.
Hening, Kalila mengadu kedua jemarinya, bingung harus melakukan apa. Hingga akhirnya Raskal mengenggam tangan kanannya erat membuat Kalila tambah bingung. Sedangkan laki-laki itu hanya menatap ke depan dan sesekali mengecup punggung tangan Kalila.
"It's okay," ucap Kalila menenangkan Raskal. Ia tau bahwa Raskal merasa bersalah karna meninggikan suaranya yang membuat Kalila langsung diam.
Raskal melajukan mobilnya menuju rumahnya, masih terlalu pagi untuk mengembalikan Kalila ke rumah perempuan itu. Raskal turun dari mobil dan Kalila mengikut di belakangnya. Rumah mewah yang berada di hadapannya memang jauh lebih kecil dari rumahnya, tapi Kalila bisa merasa hangat ketika baru menginjakkan kakinya di rumah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
eccedentesiast
Teen Fiction[ some part are locked, follow to unlock ] ❛❛Eccedentesiast (n.) a person who hides their pain behind a smile.❜❜ Kebahagiaan. Satu hal yang selama ini Kalila dambakan. Namun Kalila sadar, kehidupannya telah hancur dan ia tak yakin bisa kembali bahag...