Eccedentesiast - 6

6.6K 492 1
                                    

Siang ini, saat matahari bersinar dengan teriknya, Kalila masih saja pergi ke roftoop sekolahnya hanya untuk duduk di ujung tembok sana sembari menatap Ibukota dari ketinggian dan merasakan semilir angin yang menyejukkan di tengah sinar terik mata...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang ini, saat matahari bersinar dengan teriknya, Kalila masih saja pergi ke roftoop sekolahnya hanya untuk duduk di ujung tembok sana sembari menatap Ibukota dari ketinggian dan merasakan semilir angin yang menyejukkan di tengah sinar terik matahari. Namun kali ini berbeda, sisi yang tadinya kosong, sekarang sudah di isi oleh seseorang yang akhir-akhir ini menemani hari-harinya. Setelah 2 hari bermalam di rumah sakit, Kalila dan Raskal jadi lebih dekat. Hanya saja masih ada sedikit rasa takut di hati kecil Kalila saat Raskal mengatakan bahwa ia sungguh-sungguh ingin mengenal perempuan itu lebih dalam.

"Pantes aja gue jarang liat lo di kantin."

Kalila melirik siapa yang baru saja datang. "Makan omongan orang-orang nggak akan bikin gue kenyang."

Raskal menatap wajah Kalila dari samping. Walaupun wajahnya tertutupi oleh rambut perempuan itu, Raskal masih bisa menatap wajah Kalila yang tenang seperti tanpa ada masalah. "La?"

Kalila hanya berdehem menanggapi, kedua matanya ia tutup lagi setelah melirik Raskal tadi. Kakinya tetap ia ayunkan, menikmati semua momen ini. Kedatangan Raskal membuat udara yang dihirup oleh Kalila tadi terkontaminasi oleh parfum Raskal yang selalu memabukkannya.

"Gimana kalo nanti malam Ayah lo buat ulah lagi?" tanya Raskal akhirnya, walaupun ia sempat ragu menanyakan hal ini pada Kalila.

Kalila mengangkat bahunya sebentar. "Gue nggak tau. Nggak usah khawatir sama gue Kal. Gue udah biasa," jawab Kalila santai tapi itu tidak membuat Raskal santai juga, malah membuat Raskal semakin khawatir karna Kalila menanggapi hal seserius ini dengan santai.

"Tapi La–"

"Gue nggak pa-pa," potong Kalila cepat.

Kalila menoleh, semenjak Raskal datang di kehidupannya, ia jadi lemah. Gampang nangis dan tidak bisa meredam isak tangisnya. Baru kali ini ada orang yang bersikap lembut kepadanya. Bahkan Bi Inah saja takut bersikap lembut kepadanya karna takut Ayahnya akan berulah. Semakin ke sini Bu Indah juga lebih sering menanyakan kabarnya. Bahkan Bu Indah pernah bertanya kepada Pak Remi tentang dirinya. Bicara tentang Bu Indah, Raskal bukan orang suruhan Bu Indah untuk mencari tahu tentangnya kan?

"Lo bukan orang suruhannya Bu Indah kan?"

"Orang suruhan?" Raskal mengeryit, berusaha memahami apa yang Kalila tuduh padanya, "oh, bukanlah!"

"Kirain," raut wajah Kalila kembali seperti biasa, ia menatap pemandangan di hadapannya lagi, "soalnya Bu Indah juga kepo sama kehidupan gue."

Raskal tertawa renyah. Hening sebentar membuat Raskal kembali membuka mulutnya. "Sebelum lo pulang ke rumah, kita jalan-jalan dulu ya?"

"Kemana?"

Kalila bertanya serius, tapi hanya senyuman manis yang ia dapatkan.

• • •

eccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang