Eccedentesiast - 36

3.2K 243 16
                                    

"Lo kenapa sih Kal? She is your girlfriend!"

Setelah Rifki mengucapkan kalimat itu, mereka semua keluar dari warung yang berada di pinggir jalan, berusaha menghentikan mobil yang sudah melaju menjauh dari sana.

Edo menjambak rambutnya frustasi. "Dia nggak tau jalan!" Edo menghela nafasnya kasar sembari melirik Raskal, "sialan."

Edo merampas kunci mobil Rifki dan melajukan mobil itu mengikuti mobil sedan yang melaju di depannya. Terus melaju hingga akhirnya mobil itu berhenti di pinggir jalan yang sepi. Edo kira, Kalila akan keluar dari mobil itu. Namun perkiraannya salah ketika Kalila sama sekali tidak keluar dari mobilnya. Edo turun dari mobil, mendekati mobil Kalila dan mengetuk dua kali kaca mobil itu.

 Edo turun dari mobil, mendekati mobil Kalila dan mengetuk dua kali kaca mobil itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Edo mengusap punggung Kalila, berusaha membuat perempuan itu tenang. Bila selama ini Kalila berusaha untuk meredam isak tangisnya, namun kali ini berbeda. Ia sama sekali tidak bisa meredam isak tangisnya. Seakan-akan ini adalah hal yang paling menyakitkan daripada yang lainnya.

"Edo, Lila mau pulang."

Persis seperti apa yang Kalila ucapkan saat mengetahui Aariz yang membunuh Bundanya.

"Ini udah malem. Kita pulang besok ya?"

Kalila melirik Edo sekilas lalu mengangguk. Ia mengambil alih kemudi dan melajukan mobil itu ke warung di pinggir jalan tadi. Erland, Rifki, Giska, Raskal dan Naira yang tidak bisa kemana-mana sedang duduk di trotoar sembari menunggu kabar dari Edo. Mobil Kalila berhenti di depan Rifki.

Edo membuka kaca mobil hingga setengah lalu mengeluarkan kunci mobil Rifki. "Mobil lo 100 meter dari sini."

"Kalila gimana?"

Edo menggeleng kemudian kembali melajukan mobil itu. Bukannya langsung pulang, Edo membawa Kalila untuk berjalan-jalan mengelilingi Kota Bogor. Edo ikut tersenyum ketika melihat senyum lebar terukir di bibir Kalila. Benar, Kalila sangat sulit untuk ditebak. Baru saja ia menangis tersedu-sedu. Sekarang, senyum lebar terukir di sana.

"Gue laper La," ucap Edo sembari mematikan mesin mobil.

Kalila melirik Edo. "Kita makan di sini?" Kalila menatap warung makanan khas Bogor yang dihinggapi banyak orang.

"Kenapa? Nggak suka?"

"Ih bukan! Muka gue kayak gini," ucap Kalila kesal sembari melihat banyaknya orang yang berada di luar sana.

Edo melepas jaket yang ia pakai dan memberikannya pada Kalila, semakin malam, udara Bogor semakin dingin. Jadi Edo memutuskan untuk memberi Kalila jaket karna perempuan itu hanya mengenakan kaus oblong dan celana jeans pendeknya. "Nggak pa-pa lah. Ngapain mikirin omongan orang lain?"

Kalila tersenyum tipis sembari memakai jaket yang Edo kasih sebelum keluar dari mobil. Kalila memilih salah satu meja yang agak jauh dari kerumunan sembari menunggu Edo yang sedang memesan makanan. Tak lama kemudian, Edo datang dan membawa dua piring Laksa Bogor yang membuat Kalila menepuk tangannya girang.

eccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang