Ending

4.5K 298 194
                                    

"Oma, Kalila mau ikut sama Oma."

Di sebrang sana, Oma Kalila tersenyum senang mendengarnya. "Kamu berangkat malam ini juga. Tiket pesawat sama barang-barang kamu biar Oma yang urus."

Sambungan telfon terputus membuat Kalila menatap ponselnya dengan pandangan yang memburam.

Sedari dulu Omanya memang tidak suka bila Kalila tinggal dengan Ayahnya, semenjak kepergian Bundanya, Rio berbeda dan Omanya tau itu. Berkali-kali Omanya memaksa Kalila untuk ikut dengannya, tinggal di Jerman. Tapi Kalila menolak dengan tegas. Ia tidak mau meninggalkan Ayahnya setelah ditinggalkan oleh Bundanya.

Kalila sudah merasakan apa yang namanya kesepian dan ia tidak mau hal itu terjadi pada Ayahnya.

Wajah pucat, tubuhnya mengigil tapi itu tidak menghalangi Kalila untuk benar-benar pergi dari hidup Raskal. Setelah menunggu berjam-jam di depan gerbang sekolah, akhirnya Kalila pulang dengan berjalan kaki. Tak perduli dengan hujan yang membasahi sekujur tubuhnya. Malam itu, ia hanya ingin pulang.

Tapi belum setengah perjalanan, kaki Kalila sudah lemas dan akhirnya ada mobil yang berhenti di sampingnya. Laki-laki itu keluar, mengangkat tubuh Kalila lalu membawanya masuk ke dalam mobil. Dengan paniknya, ia menyelimuti tubuh Kalila dengan jaketnya.

Kalila hanya diam sembari menatap wajah yang sedang menatapnya khawatir itu. Kalila mengerjapkan matanya perlahan, menaruh telapak tangan dinginnya pada wajah laki-laki itu.

"Edo," ucapnya pelan, "Lila ikut Oma ke Jerman."

Kedua tangan Edo langsung lemas, wajahnya seketika berubah, ia menatap kedua bola mata Kalila. Kalila tersenyum tipis, mengusap lembut pipi Edo. "Padahal Lila pernah janji untuk nggak ninggalin Edo sendirian," lanjutnya membuat Edo menghembuskan nafasnya perlahan.

"It's okay. Gue tau hal ini bakalan terjadi, dan hanya itu keputusan paling tepat," jawab Edo sembari mengambil tangan Kalila dari wajahnya, membungkus kedua tangan Kalila dengan tangannya.

"Setelah Edo sama Ayah, kali ini Raskal. Lila nggak bisa percaya lagi sama laki-laki," tutur Kalila dengan suara pelannya, hal itu membuat hati Edo tersayat-sayat mendengarnya.

Ia sangat menyesali fakta bahwa ia pernah meninggalkan Kalila dan perempuan itu tidak pernah bisa ia gapai lagi.

"Maafin gue, La."

Kalila tersenyum tipis. "Edo jangan merasa bersalah, Edo sama sekali nggak salah."

Edo menarik nafasnya panjang lalu menghembuskannya perlahan, ia tidak akan membiarkan air matanya mengalir di depan Kalila. Tapi jujur dadanya terasa sangat sakit melihat Kalila seperti ini.

"La," panggil Edo membuat Kalila kembali menatap Edo, "gue masih punya kesempatan nggak sih untuk ngulang segalanya?"

• • •

Kepergian Raskal dari kantin pagi itu, Kalila baru menyadari bahwa laki-laki itu bolos dan tidak ada kabar sama sekali. Kalila sudah menghubunginya puluhan kali dan mengirimkan pesan tapi tetap saja tidak ada jawaban.

Kalila M: gue pergi, jaga diri lo baik-baik.

Kalila M: dan juga, jagain Raskal.

Hanya itu yang bisa Kalila ucapkan sebagai salam perpisahan darinya untuk teman-temannya yang lain.

Kalila keluar dari rumah mewah yang menyimpan ribuan kenangan di dalamnya. Ia memasuki mobil sedan Omanya yang dibawa oleh supir pribadi keluarganya di Jakarta.

eccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang