Eccedentesiast - 21

3.4K 284 7
                                    

"Kita break dulu ya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita break dulu ya?"

"Kamu bosen sama aku?"

Setelah kejadian tertangkap basah tadi, sekarang mereka berada di roftoop, Raskal sedari tadi memandangi wajah Kalila dari samping sedangkan Kalila menatap ujung sepatunya gelisah, menyusun kata-kata yang ia ingin sampaikan pada Raskal. Hingga ia mampu menyampaikannya dan kini respon Raskal membuat dada Kalila sesak. Bukan, bukan begitu, ia hanya perlu waktu sendiri, memikirkan semuanya. Bukan bosan.

"La?"

"Dua hari aja Kal, biarin aku sendiri."

Hening cukup lama, sampai Raskal menghembuskan nafasnya kasar dan menyetujui permintaan Kalila. Padahal seharian kemarin Raskal sudah menyadari kesalahannya dan hari ini Kalila meminta untuk break karna masalah ini. Bagi Kalila, masalah yang satu ini adalah masalah besar. Bagaimana tidak? Kita menjebloskan seseorang ke penjara karna tuduhan yang salah. Ia salah, ia salah mengikuti permintaan Raskal.

Sedangkan di sisi lain, Aariz yang sedang istirahat makan siang bersama Dokter-Dokter lainnya dikejutkan oleh kedatangan beberapa polisi ke kantin rumah sakit. Dan benar saja, polisi itu mendatangi mejanya, membuat Aariz saling tatap menatap dengan Dokter-Dokter yang lebih tua darinya.

"Dokter Leri? Saya perlu berbicara dengan anda."

Leri mengangguk menyetujui, polisi itu menarik satu bangku dan duduk di sana, ikut melingkar bersama Aariz dan dua Dokter lainnya.

"Mengenai pasien anda dua hari yang lalu, Kalila Mariza."

Aariz yang ikut mendengarnya mengernyit bingung. Kalila Mariza, benar itu adalah nama Kalila. Tapi ada apa polisi menanyakan tentang perempuan itu? Sepuluh menit berlalu, Dokter Leri menjelaskan tentang luka di punggung Kalila, ia bilang luka itu sudah diobati sebelum Kalila dibawa ke rumah itu. Bahkan obat merah yang perempuan itu pakai untuk luka di punggungnya masih kelihatan, seperti luka sudah semalaman. Hanya luka di ujung bibirnya saja yang malam itu masih baru di dapatkan.

"Terima kasih atas pernyataannya, saya mohon maaf apabila menganggu waktu makan siang anda, permisi."

Lalu mereka kembali membicarakan topik sebelumnya, namun Aariz hanya diam sembari menatap makan siangnya kosong. Apa yang terjadi dengan Kalila?

• • •

"Bagaimana?"

"Nomornya tidak aktif. Mungkin kita harus pergi ke alamat ini."

Laki-laki yang sedang memegang beberapa lembar kertas itu mengangguk menyetujui. Pukul 10 malam, memang bukan waktu yang tepat untuk meminta pernyataan dari korban masalah ini. Namun laki-laki itu tetap saja ngotot ingin memintanya malam ini juga. Kasus yang kali ini berbeda dengan yang lainnya, membuat Fatur tertarik untuk menyelidiki kasus ini.

eccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang