Selama kedatangan Naira dan ikut gabung dalam lingkaran itu, permainan jadi biasa saja. Bahkan Kalila yang tadinya sering mengoceh sekarang jadi lebih pendiam karna Naira yang suka mencuri perhatian Raskal. Bahkan tadi Naira kalah, Erland, Rifki dan Edo yang paling senang dan ingin menodai wajah bersih Naira dengan bedak cair langsung dilarang oleh Raskal. Senyuman yang terukir di bibir Kalila karna ocehan Rifki yang kesenangan, menghilang karna larangan Raskal.
"Apaan sih Kal! Ini konsekuensi kalau kalah! Minggir!"
"Gue bilang nggak, ya nggak!"
Mendengar bentakan Raskal, Kalila tersentak, bahkan semua orang yang berada di sana juga ikut tersentak. Dan tentu saja, Naira tersenyum senang karna Raskal membelanya.
Kalila melirik raut wajah Raskal yang terlihat sangat serius. Ini bukan liburan yang Kalila harapkan. "G-gue tidur duluan ya. Kalian juga jangan tidur malem-malem," ucap Kalila sebelum berdiri dan berjalan ke kamarnya.
Edo berdecak, "liburan macam apa nih," seru Edo ikut pergi dari sana.
"Tau nih, mending gue liburan di rumah aja kalau kayak gini," ucap Erland memanasi keadaan.
Setelah kepergian Kalila, Giska, Erland dan Edo. Rifki masih mematung di tempatnya sembari menatap Raskal dan Naira bergantian. Lalu ia membanting uang mainan yang ia pegang tadi ke lantai sebelum ikut masuk ke kamarnya.
Tinggal Raskal dan Naira berdua di ruang keluarga yang besar itu. Naira memeluk lengan Raskal manja. Sedangkan Raskal melepas tangan yang melingkar di lengannya dan mendatangi kamar Kalila, mengetuk pintu itu dua kali.
Raskal tetap mengetuk hingga pintu terbuka. Bukan, bukan pintu kamar Kalila, melainkan pintu kamar Rifki yang berada di sebelah kamar Kalila. "Berisik tau nggak Kal? Urusin aja sana bini lo!" teriak Rifki kesal
Raskal memicingkan matanya tidak suka. "Dia bukan bini gue!" balas Raskal tak kalah tinggi.
"Bukan, tapi kelakuannya kayak gitu. Malu Kal, Kalila ngeliatin lo sampe segitunya, lo nggak malu?"
Baru saja Raskal ingin membuka mulutnya, pintu kamar Rifki kembali tertutup. Kalimat yang Rifki ucapkan tadi sudah mampu membuat Raskal terdiam.
Pukul 3 dini hari, Kalila terbangun dari tidur kilatnya. Ia keluar dari kamar, melangkahkan kakinya menuju dapur untuk membasahi tenggorokannya yang kering. Kalila yang baru saja memasuki dapur langsung mendapati sosok Raskal yang sedang duduk sembari menatap kamar mandi dapur.
"Kal? Kamu ngapain?"
Raskal menoleh menatap Kalila. "Aku–"
"Kal, udah," ucap Naira sembari keluar dari kamar mandi.
Kalila terdiam sembari memperhatikan Naira yang baru saja keluar dari kamar mandi dapur. "Naira?" gumamnya tidak sadar setelah melihat siapa yang baru saja keluar dari kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
eccedentesiast
Teen Fiction[ some part are locked, follow to unlock ] ❛❛Eccedentesiast (n.) a person who hides their pain behind a smile.❜❜ Kebahagiaan. Satu hal yang selama ini Kalila dambakan. Namun Kalila sadar, kehidupannya telah hancur dan ia tak yakin bisa kembali bahag...