Eccedentesiast - 12

4.6K 361 3
                                    

"Lagi dan lagi, Raskal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lagi dan lagi, Raskal. Besok sudah pertandingan dan kamu masih saja seperti ini?"

Raskal menunduk sembari mengusap keringat yang jatuh hingga di dagunya. Sudah 2 jam mereka latihan dan belum mendapatkan hasil karna Raskal yang besok berlaku sebagai ketua tim, tidak fokus. Selama 2 jam juga Raskal mati-matian untuk memfokuskan dirinya latihan. Tapi bayangan Kalila masih saja berlalu-lalang dipikirannya. Pagi itu, Raskal bangun tanpa siapapun di hadapannya. Kalila menghilang dan belum ada kabar. Raskal sudah bertanya di rumah sakit itu, tapi jawabannya tetap sama, tidak ada yang bernama Kalila Mariza yang dirawat di sana.

Raskal berjalan lambat ke pinggir lapangan, lalu meneguk air yang ia bawa dari rumah. Matanya masih menatap teman-temannya main di lapangan sembari duduk di samping Edo.

"Lo kenapa Kal? Baru kali ini dimarahin Pak Bakhri."

Raskal hanya diam tanpa mau menjawab pertanyaan Edo. Sedangkan Edo terkekeh. "Mikirin Lila ya?"

Mendengar nama Kalila, Raskal berbalik, menatap Edo yang berada di sampingnya. "Lila emang gitu orangnya. Susah ditebak," celetuk Edo.

Raskal mengernyit sembari menatap Edo dari samping. "Lo kenal dia?"

"Siapa yang nggak kenal? Sebelum lo pindah ke sekolah ini, Kalila itu Queen di sini. Tapi hari-hari selanjutnya sikap Kalila mulai aneh dan mulai muncul rumor tentang Kalila," jelas Edo.

Raskal diam mendengarkan.

Edo tersenyum tipis saat mengingat bagaimana Kalila dulu. Perempuan itu sangat ceria, seperti kesedihan rasanya mustahil untuk menghampirinya. Semua orang suka berada di dekatnya, karna Kalila memancarkan aura positif. Tapi semenjak kejadian hari itu, hari dimana Kalila hanya duduk diam di kelas tanpa adanya senyuman hangat lagi, semua orang langsung kebingungan.

Apa yang terjadi pada Kalila? Apa Kalila baik-baik saja? Itu pertanyaan yang ada dipikiran mereka, tapi Kalila lebih memilih untuk diam dan menyimpannya semua sendiri. Mulai saat itu, sikap Kalila makin aneh dan ia mulai dijauhi oleh orang-orang disekitarnya.

"Dia tutupin semua masalahnya dibalik senyum manisnya," Edo menghela nafasnya perlahan, "dan bertingkah seakan semuanya baik-baik aja. Padahal semua orang tau bahwa dia sedang tidak baik-baik saja."

Bunyi peluit sebanyak dua kali terdengar, membuat semua anak basket berkumpul mengelilingi Pak Bakhri yang sedang memberi arahan sebelum pulang. Pak Bakhri juga sempat mengingatkan Raskal bahwa ia harus latihan di rumah karna latihan kali ini tidak cukup memuaskan.

Sebelum Raskal pulang ke rumah, ia menyempatkan diri ke rumah sakit tempat Kalila di rawat kemarin, menanyakan apakah ada pasien yang bernama Kalila Mariza di sana. Namun jawabannya tetap saja, gelengan dari resepsionis yang membuat Raskal menghembuskan nafasnya frustasi untuk kesekian kalinya hari ini.

Setelah mengganti seragamnya dengan pakaian rumah, Raskal berlari kecil menuju belakang rumahnya yang ia sulap menjadi lapangan serba guna di sana. Basket, volly, futsal, bulu tangkis dan tennis. Dan setengah malam Raskal habiskan untuk latihan basket untuk besok. Setengahnya lagi ia gunakan untuk memikirkan Kalila.

eccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang