🌻 Bagian 4

656 70 56
                                    

Makhluk paling ribet adalah cewek!

Saka akan pulang kerumahnya mengendarai Frelox bersama Moza, dia memaksa untuk ikut ke rumah Saka.

"Saka pakein helm nya!" pinta Moza.

"Moza, kamu bisa pake sendiri kan?"

"Saka mah gitu, gak kayak biasanya," ucap Moza ngambek sambil memakai helm yang diberikan Saka sendiri.

"Udah ayo naik!" perintah Saka.

Raya tak sengaja melihat kejadian itu merasa ada yang aneh pada dirinya. Ada rasa kesal kepada Saka, padahal jelas-jelas dia bukan siapa-siapa bagi Saka.

"Ishh, ngapain juga gue peduli," gumamnya pelan. Kembali fokus pada apa yang sedang ia tunggu. Jemputan sang mama.

Saka melaju meninggalkan area sekolah, meninggalkan gadis yang diam-diam memperhatikannya itu.

"Saka, gimana kabar Tante Karin, sehat kan?" tanya Moza sambil memeluk pinggang Saka. Dia sudah biasa seperti ini dan Saka tidak pernah marah.

"Iya Moza, bunda sehat kok."

"Kalau Om Sam, gimana?"

"Ayah juga sehat."

"Kalau kamu sehat gak?"

"Saka nggak sehat kalo dari tadi kamu ajak ngomong terus. Kalo nanti nabrak gimana?"

"Ih Saka aku kan lupa, maaf!" ucap Moza dengan polosnya.

Saka hanya bisa menarik napas jika menghadapi kepolosan Moza.

"Saka!"

"Hemm," gumam Saka dibalik helm.

"Suka gak sama Moza?"

"Kenapa tiba-tiba nanya gitu?"

"Mau tau aja, tapi kalau gak suka mendingan gak usah dijawab soalnya Moza nggak mau denger penolakan," kata Moza cukup keras supaya Saka bisa mendengarnya, karena bising mendengar suara kendaraan lain.

Saka diam.

"Saka! Kok gak dijawab?"

"Huft ... Saka suka sama kamu, karena Saka udah anggap kamu adik sendiri, itu namanya gak nolak, kan?"

"Ohh cuma sebagai adik, yaudah deh gak bakal tanya lagi." Moza kecewa tapi dia tidak bisa marah pada Saka, jika dia melalukan itu dia akan kehilangan Saka untuk selamanya.

"Apa Saka udah suka sama Raya?" Moza menanyakan kembali pertanyaan itu. Pertanyaan yang sangat mudah untuk Saka jawab.

"Mungkin udah," jawab Saka enteng.

"Masih mungkin ya?"

"Saka suka Raya. Dia mirip Prilla, Za."

"Hanya karena itu Saka suka sama Raya?"

"Akan lebih dari itu. Prila hanya masa lalu yang memberi luka, dia udah nggak ada. Sementara Raya, adalah sesuatu yang nggak akan Saka lepas. Dia harus bisa Saka jaga dengan baik."

"Tapi Raya itu sepertinya cuek. Beda sama Prila yang friendly. Saka yakin bisa luluhin hatinya?"

"Nggak ada yang bisa nolak pesona Tegar Saka Arkana di sekolah kita, Za. Saka itu ganteng jadi tenang aja."

"Yehh, malah narsis."

"Udah ya, Za. Jangan tanya terus gak konsen nih nyetirnya."

"Hmm ... lanjutin aja, Moza gak bakal tanya lagi, janji."

My Feeling [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang