🌻Bagian 14

347 25 9
                                    

Akan gue tunggu, selalu gue tunggu. Detik ini, besok dan selamanya, sampe lo bisa terima cinta gue Raya.

[ Tegar Saka Arkana ]
~

Saat ini Raya sedang latihan dance bersama teman-temannya yang lain, semua terlihat lancar dan baik-baik saja. Raya dengan mudah bisa mengikuti gerakan yang diajarkan Syahren kepadanya.

Tapi semua itu berubah ketika Saka masuk tanpa izin ke ruangan dengan membawa gitar ditangannya. Dia langsung duduk di kursi kosong yang ada di sana. Cowok itu tersenyum sambil memperhatikan Raya yang kini sibuk mengikuti gerakan teman-temannya.

Tak ada yang terganggu dengan kehadiran Saka selain Raya, karena memang anak band sering melihat anak dance latihan. Tapi untuk Raya tentu ini sangat mengganggu konsentrasinya. Dia selalu melirik ke arah Saka, memperhatikan gerak-gerik Saka yang menurutnya menyebalkan. Hal itu membuatnya berkali-kali salah mengikuti gerakan, sampai Syahren akhirnya memberhentikan lagu karena kesal.

"Raya! Kalau lo gak mau latihan bilang dong, jangan kayak gini. Kita semua capek-capek latihan dan lo cuma fokus sama Saka doang. Kalau kayak gini terus lo bisa aja gue keluarkan dari team ini."

"Sorry, gue nggak bisa fokus selama ada orang aneh di sini. Gue risih." Raya membela diri, tapi Syahren tak mau mendengar penjelasan itu sama sekali. Seharusnya Raya bisa profesional bukan?

"Udahlah, latihan sampe sini dulu. Besok kita lanjut lagi dan gue mau semuanya harus fokus dan gak ada alasan apapun lagi yang mengganggu latihan besok."

Syahren langsung mengambil tas dan langsung keluar dari ruangan, dia benar-benar kesal.

"Lain kali jangan kayak gini ya, Ray. Syahren bener-bener bisa keluarin lo dari team. Dia orang yang gak pandang bulu, walaupun lo sekelas sama dia tetep bakal dia keluarin kalau lo salah," ucap Resa, salah satu anak dance yang mulai dekat dengannya.

"Tapi gue kan-"

"Sabar ya, Ray. Syahren emang gitu."

"Mangkannya jangan kegeeran jadi orang, Saka itu bukan cuma liatin lo, tapi liatin kita semua." Jihan tiba-tiba mencela, dia teman Thalita dan Luna, jadi tidak heran dia berkata seperti itu.

"Jihan! Gak usah bilang kayak gitu segala dong, lagipula ini cuma masalah kecil."

"Gak papa Sa, kali ini gue emang salah. Permisi," ucap Raya lalu segera membereskan barang-barangnya untuk pergi.

"Ya, lo emang salah, lo udah ganggu team ini. Seharusnya Syahren tolak lo waktu itu. Nggak bisa profesional. Mentang-mentang lo anak baru, terus disukai Saka, jadi belagu. Bangun putri, sebentar lagi lo bakal jatuh juga. Saka suka sama lo cuma karena lo mirip Pri-la."

Raya tak ingin mendengar apa-apa lagi setelah perkataan Jihan yang terang-terangan menyudutkannya itu. Terlalu malas bagi Raya menegaskan sekali lagi bahwa dia tidak peduli.

Tapi tangan Saka tiba-tiba mencegah kepergiannya. Menarik tangan Raya agar kembali menghadap Jihan.

"Apa urusannya sama lo kalo Raya mirip Prila?" tanya Saka yang tiba-tiba sudah berada di samping Raya. "Bukan salah Raya kalo gue tertarik sama dia. Yang salah itu lo karena terlalu ribet ngurusin hidup orang lain."

Tangan Jihan mengepal, dia sangat kesal saat Raya mendapat pembelaan langsung dari Saka. Karena sadar debat dengan Saka dia tidak akan menang, Jihan memilih pergi. "Gue duluan."

"Um, kita juga pergi deh Ray," ucap Resa. Diangguki beberapa temannya yang masih di sana untuk segera pulang.

Kini di aula hanya tinggal Raya dan Saka, rasa canggung tiba-tiba saja hadir. Saka menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Harusnya lo sadar ini semua gara-gara lo," lirih Raya.

"Kenapa gara-gara gue?"

"Harusnya lo berhenti ganggu gue, Saka. Udah berapa kali gue bilang kalo gue nggak suka sama lo. Mau sampai kapan lo buang-buang waktu demi orang yang sama sekali nggak respect sama lo."

"Apa berjuang menurut lo sebuah kesalahan, Ray?"

"Percuma kalo orang yang lo perjuangkan adalah gue. Terlebih lagi cara lo yang aneh, buat apa semua orang tahu kalo lo suka sama gue? Buat apa lo ambil foto gue diem-diem terus lo posting di-Instagram dengan caption lebay? Buat apa lo ikutin gue terus? Gue butuh privasi, Tegar Saka Arkana."

"Gue bisa berhenti lakuin hal yang lo anggap aneh dan bodoh itu. Tapi gue nggak bisa berhenti suka sama lo. Apa mencintai sesalah itu di mata lo?"

"Nggak ada cinta yang bener-bener tulus selain dari orang tua. Jujur lo mau apa dari gue? Gue yakin lo cuma penasaran karena gue mirip Prila, kan? Please, Saka. Gue nggak suka main-main."

"Nggak ada yang lagi main-main di sini Ray." Saka berhasil menggenggam kedua tangan Raya. Tersenyum hangat lalu kembali berkata, "Akan gue tunggu, selalu gue tunggu, detik ini, besok dan selamanya, sampe lo bisa terima cinta gue."

Raya menggeleng, melepaskan tangan Saka perlahan. Sekarang dirinya juga dilema hebat. Raya yakin dia menyukai Oriza, tapi kenapa setiap di dekat Saka dia merasa ada sesuatu yang berbeda?

"Kasih satu kesempatan."

"Satu bulan, apa lo bisa buat gue jatuh cinta sama lo dalam waktu satu bulan?"

Saka bingung, "Lo ragu?"

"Sangat. Gue yakin gak akan pernah suka sama lo."

"Gue kurang ganteng?"

Raya menggeleng.

"Gue kurang kaya?"

Kedua kali, Raya menggeleng.

"Saka kurang lucu?"

"Bukan, Saka!"

"Terus?"

"LO ... KURANG WARAS!"

Saka tersenyum senang, dibilang tidak waras dia malah bangga. "Gue janji, satu bulan ini nggak akan ngelepas lo. Akan gue buktikan kalo cinta itu ajaib, sebentar aja Raya nyender di pundak Saka, rasa cinta itu akan tumbuh."

"Berhenti ngehalu. Ini dunia nyata, bukan negeri dongeng yang bisa dikarang sesuka hati."

Saka terdiam seketika, entah ini kebetulan atau bahagimana. Prila juga pernah mengatakan kalimat itu, persis sekali. Tak ada satu kata pun yang hilang.

"Kenapa diem? Kehabisan kata-kata? Gimana gue mau jatuh cinta sama lo, dibercandain gitu aja langsung diem. Nggak asik."

Saka benar-benar seperti Dejavu. Dia pernah mengalami hal serupa semacam ini. Di aula, berdua, semua kalimat itu. Saka sangat mengingatnya. "Gue harap ini mimpi, Raya."

"Gue pulang! Males ngomong sama patung."

"Lo beneran bukan Prila, kan?"

Raya menarik napas panjang, mungkin memang benar bahwa dia hanya menjadi bayang-bayang Prila. "Gue arwahnya. Nggak usah ngaco. Mana bisa orang yang udah meninggal hidup lagi. Berhenti sebut nama itu atau gue tarik kesempatan yang udah gue kasih, itu terserah lo."

"Sorry," ucap Saka.



Update!
Vote dan komen selalu aku tunggu
Silent readers muncul kalian

Klik bintang di pojok bawah kan gratis yo!💫

My Feeling [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang