🌻 Bagian 25

239 21 1
                                    

Antara benci dan cinta. Ingin memberi kesempatan namun sulit melupakan kepahitan. Ingin mengabaikan, tapi rindu tak dapat dihilangkan.

[ Author ]

Hujan yang semula tidak terlalu deras tiba-tiba saja berubah menjadi mencekam. Petir dan geledek seakan saling bersahutan. Saka di kamarnya sendirian, membaca semua surat yang ditulis oleh Rasa Aureila satu per satu.

Fallen tentunya sudah tak mungkin menyimpan itu semua, surat-surat itu milik Saka. Fallen berharap setelah selesai membacanya, Saka tidak berubah pikiran lalu menyalahkannya.

Dear Saka,

Lagi-lagi aku cemburu saat kamu memeluk Moza dan menyalurkan kehangatan tubuhmu. Moza beruntung punya kamu yang selalu ada kapan pun dia butuh. Hujan kali ini membuktikan itu, dia nyaman di pelukanmu.

Umm ... Saka, hubungan kalian ini sebenarnya apa? Mengapa semua perlakuan kamu terasa lebih dari teman?

From : Pengagum setiamu

Saka langsung berjalan ke arah jendela kamarnya setelah membaca surat itu. Dia teringat Moza yang kini pasti ketakutan di dalam kamarnya. Hujannya benar-benar deras. Saka jadi khawatir keadaan Moza saat ini. Gadis itu tidak suka sendirian saat hujan.

Dengan segera Saka turun dari tangga kamarnya. Tak lupa membawa jas hujan dan segera berpamitan pada ayah dan bundanya yang kini tengah mengobrol di ruang tamu.

"Ayah, Bunda, Saka pergi dulu. Moza pasti lagi ketakutan banget sekarang, Saka harus ke sana. Pulang sekolah tadi Moza bilang orang tuanya ke luar negeri lagi." Saka bahkan bosan memberikan alasan itu setiap berpamitan ingin menemui Moza. Orang tua macam apa sebenarnya mereka. Hanya memikirkan uang uang dan uang. Sementara anaknya hampir tak pernah mendapat perhatian.

"Tapi ini hujannya deras banget Saka. Kalo nanti kamu sakit gimana?" tanya Karin khawatir.

"Iya Saka, banyak petir juga. Ayah juga takut kamu kenapa-napa. Tunggu aja sampe hujannya sedikit reda."

"Gak bisa, Yah. Moza pasti lagi nangis sekarang. Saka harus ke sana buat nenangin dia. Saka janji gak akan terjadi apa-apa."

Samuel dan Karin berpandangan, pada akhirnya keduanya mengizinkan. Mau dilarang bagaimanapun Saka tidak akan mengurungkan niatnya. Apalagi ini menyangkut Moza.

"Ya sudah, hati-hati. Kalo hujannya gak reda juga kamu kabarin Ayah sama Bunda. Kamu nginep aja di sana biar besok pagi ayah antar seragam sama peralatan sekolah kamu ke sana."

"Iya, nanti Saka pasti kabarin. Makasih, Yah, Bun. Saka pergi sekarang." Saka menyalami kedua orang tuanya lalu segera berjalan menuju pintu. "Assalamualaikum," ucapnya sebelum menutup pintu.

"Waalaikumsalam."

"Anak kamu persis kamu waktu muda," ujar Karin. "Keras kepala."

Samuel tersenyum. "Kalo nggak keras kepala, aku gak mungkin bisa dapetin istri sebaik kamu, Rin."

Petir kembali terdengar, Karin langsung memeluk tubuh suaminya.

Sementara di luar rumah, Saka tengah sibuk memakai jas hujannya. Berlari ke bagasi lalu mengeluarkan Frelox dari dalam sana.

My Feeling [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang