🌻Bagian 6

540 60 18
                                    


Karena Faktanya orang gak bakal nangisin sesuatu yang gak dia sayang!

[Tegar Saka Arkana]

Jam menunjukan pukul empat sore, Raya duduk di halte dekat sekolah karena mamanya tak bisa menjemput hari ini. Gadis itu terkejut saat Oriza tiba-tiba ikut duduk di sampingnya.

"Kenapa pulang sendirian? Gak ada pacar yang jemput?"

Raya terkekeh, "Jangan ngatain, Za. Tapi gue emang jomlo sih," ujarnya.

"Gue gak bermaksud ngatain kok, tapi syukurlah kalo lo jomlo. Jadi nggak akan ada yang marah kalo gue ajak lo pulang bareng, kan?"

Jantung Raya berdebar kembali, tapi sebisa mungkin dia mengontrolnya. Raya tidak bisa menerima begitu saja ajakan seorang cowok padanya. Apalagi dia baru kenal dengan Oriza.

"Nggak usah, gue bisa pulang sendiri."

"Gue maksa, lo nggak bisa nolak. Biasanya gue nggak sebaik ini loh sama orang. Lo satu-satunya cewek yang gue ajak pulang bareng."

"Bohong, lo pasti tukang PHP-in cewek," canda Raya.

"Gue udah punya pacar, gue bukan cowok yang doyan selingkuh ataupun nyari pengganti. Lagian buat apa gue PHP-in cewek. Anggap aja ini sebagai simbol pertemanan."

"Gue nggak mau jadi temen lo."

"Kenapa?"

"Gue naik ojeg aja. Gue duluan, Za."

"Raya, lo aneh ...!" teriak Oriza saat Raya tiba-tiba meninggalkannya begitu saja. Apa yang salah dengan ucapannya sehingga gadis itu bersikap demikian. Mengapa berteman saja Raya tidak mau.

Mendengar apa yang diucapkan Oriza membuat Raya ingin lenyap dari hadapan cowok itu secepat mungkin. Kalimat itu mengingatkan Raya pada mantannya yang selingkuh.

Nama mantannya adalah Seno, kakak kelasnya dulu. Cinta pertama seorang Raya yang tak bisa dipungkiri awal hubungannya terasa sangat manis. Seno bukanlah cowok romantis, tapi perhatian cowok itu pada Raya tak pernah ada duanya. Entah apa yang membuat Seno memutuskan untuk berselingkuh, Raya sendiri tidak tahu. Yang jelas, Seno terus saja meminta maaf sampai detik ini. Tidak secara langsung, namun dengan bantuan teman-temannya.

Hati Raya sudah terlalu sakit, dia tak bisa memaafkan Seno dengan mudah. Terlalu mencintai membuat rasa kecewanya teramat besar bahkan hampir membenci mantannya itu.

"Bang, anterin saya pulang," ucap Raya ketus pada tukang ojek dekat sekolahnya.

Tukang ojek itu dengan sigap memberikan satu helm pada Raya. Menjalankan motor dan menyuruh Raya segera naik.

"Mau pulang ke mana, Neng?"

"Kuburan," ceplos Raya dengan asal. Dia sedang kesal, ternyata dia belum benar-benar melupakan Seno.

Tukang ojek itu menelan salivanya, selain ucapan Raya yang terkesan ketus, tatapan cewek itu juga sangat tajam.

"Kenapa diem, Bang? Ayo berangkat, nanti saya yang kasih tahu jalannya."

My Feeling [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang