🌻 Bagian 29

216 23 8
                                    


Gue salah menilai lo selama ini Saka. Nyatanya lo orang yang gue butuhkan saat gue nggak tahu harus mengadu sama siapa.

[Naraya Eliza]

Mungkin ini yang dinamakan dengan cinta setulus hujan. Saka masih mau menemani dititik terendah Raya meski sudah dikecewakan berulang kali. Seperti hujan yang rela jatuh berkali-kali demi menyejukan bumi.

Saka pernah ditolak, diberi harapan, lalu ditingalkan.  Dia juga rela menyaksikan Raya bahagia dengan yang lain meski hatinya sangat terluka. Tapi Saka tetap setia menunggu pelangi tiba, menanti kebahagiaan yang entah kapan hadir untuknya.

Ternyata Saka memang bukan menyerah saat membiarkan Raya menerima Oriza. Dia hanya mundur untuk memberi kesempatan Raya menentukan pilihannya. Saka tahu, jika Raya memang ditakdirkan untuknya, cepat atau lambat Raya akan kembali padanya. Takdir Tuhan selalu sulit ditebak bukan? Apa pun yang terjadi padanya, harus diterima.

Saka hanya mau Raya bahagia walau bukan karenanya. Saka hanya mau melihat Raya tersenyum.

Lalu kesempatan kedua akhirnya datang kembali. Saka tidak mungkin melewatkannya begitu saja. Dia mau memberikan yang terbaik untuk dipersembahkan pada orang yang begitu dia sayang. Sebuah cinta yang tulus dan pengorbanan.

Saka mau jadi tempat Raya bersandar,  tempat dia berekeluh kesah, tempat mengadu, tempat berbagi bahagia dan  tangis sendu. Saka mau selalu jadi pelindung Raya.

"Terima kasih buat hari ini. Lo masih mau temenin gue meski selama ini gue sering gak baik sama lo," ujar Raya saat sampai di depan rumahnya.

"Sama-sama. Kapan pun lo butuh gue, sebisa mungkin gue akan ada. Karena bagi gue ... lo itu semesta hidup gue, Ray."

Raya hanya bisa mengangguk. Menganggap ucapan Saka kali ini bukan sekedar gombalan, tapi tulus dari hatinya.

"Soal pertanyaan lo di taman belakang tadi, gue nggak bisa jawab sekarang. Maaf."

"Gue nggak minta lo buru-buru jawab kok, dengan gue bisa deket lagi sama lo itu udah cukup, Ray. Seenggaknya gue bisa pastiin kalo lo baik-baik aja."

Raya tersenyum. "Gue masuk yah, sekali lagi thanks."

"Gue nggak boleh ketemu mama lo sebentar aja?"

"Mau apa? Lo mau pastiin kalo mama gue itu perempuan gak baik?"

Saka cepat-cepat menggeleng. "Kenapa mikirnya gitu sih? Padahal gue cuma mau PDKT sama mama lo. Biar lebih gampang luluhin hati lo, gak baik nethink terus Ray."

"Apaan sih lo. Udah sana pulang."

Saka mengacak pucuk rambut Raya. "Iya, gue pulang. Jangan rindu, kata Dilan rindu berat. Tapi gak seberat cinta gue buat lo kok, hehe."

"Gombal lo receh banget. Tapi kali ini gue suka."

"Bentar lagi juga bukan cuma gombalannya yang lo suka. Tapi guenya juga."

"Jangan senyum-senyum. Gue lagi nahan biar gak jatuh cinta terlalu cepat sama lo. Gue takut berakhirnya cepat juga."

"Nggak akan berakhir dengan cepat kalo kita berdua sama-sama saling menjaga, Ray. Percaya sama gue. Bahagia itu sederhana, cinta juga sederhana. Terkadang manusia aja yang memperumit. Di buat ribet, dibuat berbelit-belit. Sekarang gue sadar, cinta itu gak serumit yang orang-orang bilang, tapi memang sulit dijelaskan."

My Feeling [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang