Kalo menjauh dari lo satu-satunya jalan supaya gue bisa lupain lo, itu akan gue lakukan, Raya.
[ Tegar Saka Arkana ]
Setelah penolakan untuk kesekian kalinya dia terima, Saka benar-benar kehilangan kepercayaan dirinya.
Saka yang tadinya bisa menyembunyikan segala jenis luka, kini menjadi yang paling tak berdaya. Harapan-harapan yang telah dia pupuk kembali, sekarang harus melebur tak bersisa.
Ditatapnya danau yang selalu jadi saksi atas kegelisahannya. Dia lemparkan sebuah batu ke tenang-tengah air yang tenang.
Saka berteriak, "LO GAK BERGUNA SAKA!"
Handphone dengan sengaja Saka matikan. Persetan dengan orang-orang yang mencarinya sejak tadi. Saka hanya ingin sendiri dulu.
Segala cara sudah dia lakukan agar Raya menjadi miliknya. Tapi nyatanya apa? Semuanya hanya sia-sia. Gadis itu masih tetap dengan pendiriannya.
Mungkin benar bahwa cinta memang tidak bisa dipaksakan. Saka harus sadar dan kembali mundur. Kali ini mungkin untuk selamanya.
Untuk apa dia berjuang jika tidak pernah dihargai? Untuk apa dia bertahan jika hanya luka yang dia dapatkan?
Mungkin, menyerah adalah keputusan terbaik. Membiarkan Raya bahagia dengan pilihannya adalah jalan yang akan Saka lakukan.
Lagi, Saka harus menelan pahitnya kenyataan.
Setelah puas memaki dirinya sendiri, Saka pulang. Mata memerah itu menjadi bukti bahwa Saka benar-benar kecewa. Yah, Saka kecewa pada penolakan Raya.
Motornya melaju begitu cepat menembus sisa-sisa gerimis sore hari. Tak tanggung-tanggung, Saka bahkan hampir menabrak pejalan kali berkali-kali.
Klakson tak henti-henti berbunyi agar siapapun yang berada di depannya segera minggir. Pikirannya benar-benar kalut.
"Kalo menjauh dari lo satu-satunya jalan supaya gue bisa lupain lo, itu akan gue lakukan, Raya."
Saka membuka pintu rumah, kali ini tidak mengucapkan salam seperti biasanya. Dia hanya ingin segera masuk kamar dan mengurung diri. Konyol rasanya jika sang bunda kembali melihatnya dalam keadaan seperti saat ini. Sama seperti ketika dia kehilangan Prila.
Dia hempaskan tubuhnya di kasur, menatap langit-langit kamar. Sial, bayangan Raya kembali muncul.
Saka menyalakan handphone-nya. Belasan notifikasi WhatsApp dari teman-temannya langsung bermunculan.
Hanya satu yang menarik perhatian Saka. Pesan dari Moza Margaretha.
Moza
|Saka baik-baik aja, kan? Moza khawatir banget. Please, kabarin kalo Saka ada waktu. Moza takut kalo Saka ngilang kayak gini.Saka menyunggingkan senyum tipis. Lagi-lagi dia memilih mengabaikannya. Moza tidak perlu tahu apa yang sedang Saka alami saat ini.
Lelah dengan apa yang terjadi hari ini, Saka memilih rehat sejenak. Membiarkan dirinya sedikit tenang.
Saka cepat-cepat mandi, salat Isya, lalu tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Feeling [END]
Teen FictionTentang rasa yang tak pernah dapat diabaikan hadirnya. Hati Saka langsung tertambat pada Raya kala gadis itu berjalan acuh melewatinya. Saka tak pernah benar-benar bersemangat perihal asmara setelah kehilangan sahabat sekaligus cinta pertamanya dulu...