Jika sudah ada dia dalam hidupmu, haruskah aku mengharap pada sebuah perhatian kecil yang mungkin saja semu?
[Naraya Eliza]
~
Raya mengetuk pintu rumah mewah tempat tinggalnya dulu, megucapkan salam berkali-kali sampai seorang cewek seusianya membukakan pintu.
Namanya Adela Evandra, anak dari adik kedua ayahnya. Muka ketusnya sangat membuat Raya sebal, anak ini tak pernah menyukai kehadirannya.
"Mau apa lo ke sini? Bukannya nenek udah nggak mau liat lo lagi. Mending pergi dari sini sekarang sebelum nenek lihat."
"Gue mau bicara sama nenek, jangan halangin gue Del. Please, gue butuh penjelasan dari nenek kenapa gue dan mama diperlakukan gak adil kayak gini setelah ayah nggak ada."
"Ray, jangan pernah pengaruhin nenek buat nerima lo lagi di sini. Lagian keputusan dia udah bulat buat ngusir kalian berdua. Terima aja nasib lo sekarang, toh nenek udah kasih uang yang cukup buat kalian berdua, kan?"
"Del, gue tahu lo benci sama gue. Tapi nggak gini juga, kita tetep sodara. Kalo lo punya hati, lo nggak akan setega ini sama gue dan mama. Seenggaknya biarin gue tahu alasan sebenarnya."
Adela tersenyum sinis. "Ini yang nggak pernah lo sadari, Ray. Lo terlalu bodoh. Sampe hal sepele kayak gini aja lo nggak tahu. Gue jelasin oke, yang salah itu mama lo sendiri. Dia pembohong, dia bohongin kita semua."
"Bohong tentang apa?"
"Tentang lo yang ternyata bukan cucu dari keluarga ini."
Plak!
Adela memegangi pipinya, tamparan itu mulus mendarat dengan tepat pada pipi mulusnya. Raya menatap tangannya yang tak sengaja melakukan hal semacam itu. Perkataan Adela begitu sakit masuk ke dalam hatinya. Raya percaya pada mamanya, jika bukan dari keluarga ini dia dilahirkan, lalu siapa ayahnya?
"Kurang ajar ya lo! Pergi dari sini, Raya. Pergi! Gue nggak mau lihat muka sok polos lo itu lagi!"
Adela mendorong tubuh Raya dengan kasar, mengusirnya membabi buta. Membuat Raya sampai harus jatuh berlutut karena tak bisa menjaga keseimbangan. Dirinya terlalu shock mendengar hal yang tak pernah dia bayangkan sekalipun.
Air matanya jatuh saat pintu ditutup begitu saja dengan kasar. Adela bahkan tak peduli saat lutut Raya terluka dan mengeluarkan darah segar. Jika apa yang dikatakan Adela itu benar, apa yang harus dia lakukan. Raya sangat dekat dengan ayahnya, Devandra memperlakukan Raya dengan sangat baik. Semua keinginan Raya dipenuhi, segala kasih sayang dia terima. Apa ini mungkin?
Raya menghapus air matanya, bangkit berdiri lalu berjalan gontai meninggalkan rumah itu. Pikirannya kacau, dia sampai bingung memikirkan bagaimana menghadapi mamanya di rumah nanti.
Bella pasti akan memarahi Raya jika dirinya tahu bahwa putrinya itu nekat berkunjung ke rumah sang nenek. Bella sudah melarang Raya dengan tegas dan Raya mengabaikannya.
Raya terus berjalan, dia bahkan beberapa kali menabrak orang yang berpapasan dengannya di trotoar. Suara kendaraan yang melintas seolah hanya nanyian bising baginya. Puncak ketidakfokusanya adalah saat ia hampir saja terserempet motor saat ingin menyebrang ke arah taman.
Beruntung Tuhan masih melindunginya. Raya masih baik-baik saja dengan degup jantung yang berdetak lebih cepat karena terkejut.
Orang yang hampir menabraknya itu menepi, membuka helm dan turun dari motor untuk memeriksa keadaan Raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Feeling [END]
Teen FictionTentang rasa yang tak pernah dapat diabaikan hadirnya. Hati Saka langsung tertambat pada Raya kala gadis itu berjalan acuh melewatinya. Saka tak pernah benar-benar bersemangat perihal asmara setelah kehilangan sahabat sekaligus cinta pertamanya dulu...